Budidaya Tanaman Karet

Pengembangan perkebunan karet memberikan peranan penting bagi perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber devisa, sumber bahan baku industri......

Kebun Karet Siap Sadap

Dengan bibit dari klon yang unggul umur panen lebih cepat 5-10 bulan dan produksi pada tahun sadap pertama meningkat 110-500 kg/ha/tahun.

Keluarga Ir. H. Dian Kusumanto

Ir. H. Dian Kusumanto, Ir. Hj. Rini Astuti, Alifia Qurata Ayun dan Ghina Arrifah.

Menyadap Pohon Karet

Lateks atau getah karet sangat dekat dipergunakan dalam kehidupan kita. Misalnya untuk produksi kasur busa, sarung tangan karet, alas sepatu, dot bayi, alat pompa pengukur tekanan darah, karet gelang, dan lain-lain. Di industri pangan, penggunaan lateks biasanya untuk produksi sarung tangan karet pada mesin produksi..

Kebun Karet

Jarak Tanam Ideal antar pohon, 3x6 meter mengikuti arah matahari.

Hasil Panen Karet Mentah

Karet Mentah hasil perkebunan kelompok tani Tresnomaju dari Lampung Utara.

Pabrik Karet di Sumut Terkendala Bahan Baku

Pabrik karet Sumut yang sebanyak 57 unit itu terdiri dari pabrik SIR sebanyak 44 unit, pabrik RSS 10 unit dan latex tiga unit.

Bibit Karet Unggul Pak Sutrisno

Sang pembibit Karet Unggul dari Tresnomaju adalah Para Petani dan Penangkar bibit karet yang di bina oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lampung Utara.

Pembekuan Karet Sheet

Pembekuan lateks dilakukan di dalam bak koagulasi dengan menambahkan zat koagulan yang bersifat asam. Pada umunya digunakan larutan asam format/asam semut atau asam asetat /asam cuka dengan konsentrasi 1-2% ke dalam lateks dengan dosis 4 ml/kg karet kering.

BOKAR (bahan olahan karet)

Bau busuk menyengat terjadi juga disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pembusuk yang melakukan biodegradasi protein di dalam bokar menjadi amonia dan sulfida.

Bibit Karet Klon Unggul

Dengan bibit Karet dari klon unggul umur mulai produksi lateks lebih cepat dan hasil produksi juga meningkat.

Pembibitan Karet

Pembibitan karet dengan okulasi klon unggul dari Tresnomaju Lampung Utara.

Biji Tanaman Karet

Biji Karet ini untuk calon batang bawah pada pembibitan Karet sistem okulasi.

Gumpalan Lateks Karet

Gumpalan lateks karet dari kebun diangkut menuju tempat penampungan sementara.

Petani Karet sapai tua

Memikil lateks karet dari kebun menuju tempat pengolahan atau penampungan sementara.

Senin, 27 Juni 2011

Prospek Komoditas Karet dari Perkebunan Karet di Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan

Prospek Komoditas Karet dari Perkebunan Karet di Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan

Oleh : Widyarfendhi

Di suatu kesempatan, saya mendapat tugas ke daerah di Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan. Kondisi ini membuat saya ingin tahu di sektor apa umumnya masyarakat di sana berkerja. Kabarnya memang disana merupakan pusat perkebunan karet dan tambang batu bara. Ada beberapa perusahaan yang mengelola perkebunan karet selain dikelola secara tradisional oleh masyarakat setempat. Selain itu, ada satu perusahaan tambang besar yang memiliki kontrak karya disana. Namun dibawahnya ada beberapa perusahaan afiliasi maupun yang bersifat kerjasama dalam pertambangan tersebut.

Untuk perusahaan tambang, mungkin akan kita bahas di posting berikutnya, dan untuk sekarang saya lebih tertarik untuk membahas prospek dan tantangan dari perkebunan karet tersebut. Informasi yang yang saya himpun berasal dari pelaku usaha ini, dan masyarakat yang tidak terlibat secara langsung dalam proses pengerjaan kebun. Namun, dengan demikian saya berhadap, informasi yang bisa saya tangkap merupakan informasi yang relevan dengan metode pertanyaan yang menguji kekonsistenan jawaban sehingga diarapkan dapat mendekati akurat.

Untuk satu hektar kebun menurut hasil penelitian dinas pertanian, penyadapan dilakukan dengan metode 2-1. Dengan metode ini, setiap setelah 2 hari tidak disadap maka di 1 hari di hari ketiga penyadapan dilakukan. Akan tetapi di daerah tersebut, metode ini dibalik menjadi 1-2, dimana dalam tiga hari, 1 hari off dan 2 hari disadap. Dan setiap kali setelah disadap, lahan satu hektar dapat menghasilkan rata-rata sebanyak 35kg. Berat ini karet hasil sadapan ini bervariasi tergantung berbagai factor seperti cara pengelolaan kebun, pemberian pupuk, dan cara menyadapnya. Cuaca juga sangat berpengaruh terhadap produksi karet. Bila hujan datang, petani tidak akan melakukan penyadapan karena mereka takut hujan asam membuat tanaman mereka bisa menjadi rusak dan menurun kemampuan produksinya. Variasi berat hasil panen bisa dengan berat terkecil sebanyak 25 kg hingga 50 kg per hektar.

Harga karet di tingkat petani juga bervariasi, sayangnya mereka tidak punya kekuatan menawar yang cukup sehingga harga lebih banyak ditentukan oleh juragan pengepul karet. Harga tertinggi yang pernah dicapai adalah senilai Rp. 20 rb/kg, namun disaat saya bertandang ke sana harga berada di kisaran Rp. 15 rb/kg. Jadi untuk satu bulan panen petani umumnya mendapatkan sebesar Rp.10,5 jt per bulan (35kg x 15rb x 20 hari). Tetapi ini belum dikurang dengan biaya perawatan dan tenaga kerja.

Pemupukan umumnya dilakukan 2 kali setahun walaupun idealnya 3 kali setahun, selain itu biaya tenaga kerja penyadapan juga harus dipertimbangkan. Di wilayah tersebut umumnya mereka memberlakukan system bagi hasil dengan proporsi 40:60, dimana pemilik mendapatkan 40 persen dari keuntungan bersih yang didapatkan dalam setiap panen. 60 persen diberikan kepada tenaga penyadapnya. Namun ada juga satu wilayah kecil yang menggunakan system upah untuk penyadapan tersebut.

Hasilnya, ambil contoh di kecamatan Haruai yang dulunya adalah daerah transmigrasi sekarang kehidupan masyarakat disana perekonomiannya jauh membaik.

Sumber : http://www.keuanganpraktis.com/2011/04/prospek-komoditas-karet-dari-perkebunan.html

Sejarah Industri Karet

Sejarah Industri Karet

Pada dasarnya karet bisa berasal dari alam yaitu dari getah pohon karet (atau dikenal dengan istilah latex), maupun produksi manusia (sintetis). Saat pohon karet dilukai, maka getah yang dihasilkan akan jauh lebih banyak. Sumber utama getah karet adalah pohon karet Para Hevea Brasiliensis (Euphorbiaceae). Saat ini Asia menjadi sumber karet alami. Awal mulanya karet hanya hidup di Amerika Selatan, namun sekarang sudah berhasil dikembangkan di Asia Tenggara. Kehadiran karet di Asia Tenggara berkat jasa dari Henry Wickham. saat ini, negara-negara Asia menghasilkan 93% produksi karet alam, yang terbesar adalah Thailand, diikuti oleh Indonesia, dan Malaysia.

Karet telah digunakan sejak lama untuk berbagai macam keperluan antara lain bola karet, penghapus pensil, baju tahan air, dll. Saat Christopher Columbus dan rombongannya menemukan benua Amerika pada tahun 1476,mereka terheran-heran melihat bola yang dimainkan orang-orang Indian yang dapat melantun bila dijatuhkan ke tanah. Di sinilah sejarah karet dimulai, tetapi baru pada tahun 1530 ada laporan tertulis mengenai gummi optimum, sebutan Pietro Martire d’Anghiera untuk karet. Pada tahun 1535, Ahli sejarah mengenai bangsa Indian, Captain Gonzale Fernandez de Oveida menulis bahwa dia melihat 2 tim orang Indian yang bermain bola. Bola itu terbuat dari campuran akar, kayu, dan rumput, yang dicampur dengan suatu bahan (latex) kemudian dipanaskan di atas unggun dan dibulatkan seperti bola. Bola oran Indian ini bisa melambung lebih tinggi daripada bola yang umum dibuat orang-orang Eropa waktu itu. Oviedo mengatakan bahwa bila bola buatan Indian itu dijatuhkan, bola itu bisa melambung lebih tinggi dan kemudian jatuh, lalu melambung lagi walaupun agak rendah daripada lambungan yang pertama, dst.

Pada tahun 1615 seorang penulis, F.J. Torquemada melaporkan bahwa orang Indian Mexico membuat sepatu tahan air dari bahan latex atau karet. Tentara Spanyol juga dilaporkan mengoleskan latex ke mantel mereka, saat hujan menjadi tahan air, tetapi di musim panas menjadi lengket. Walaupun banyak cerita menarik tentang bahan tersebut, penyelidikan oleh para ilmuwan baru dimulai tahun 1731. Saat itu French Academy mengirim C.M. de la Condamine ke Amerika Selatan. Fresnau seorang ahli Perancis melaporkan bahwa banyak tanaman yang dapat menghasilkan latex atau karet, di antaranya dari jenis Hevea brasiliensis yang tumbuh di hutan Amazon di Brazil yang sekarang menjadi tanaman penghasil karet utama dan sudah dibudidayakan di Asia Tenggara yang menjadi penghasil karet utama di dunia saat ini.

Pada tahun 1770, seorang ahli kimia bangsa Inggris, Joseph Priestly, melaporkan bahwa karet dapat menhapus tulisan pensil. Pada tahun 1775 karet mulai digunakan sebagai bahan penghapus tulisan pensil dan jadilah karet itu di Inggris disebut dengan nama rubber (dari to rub). Sebelum itu, remah roti biasa digunakan orang untuk menghapus tulisan pensil. Barang-barang karet yang diproduksi waktu itu selalu menjadi kaku di musim dingin dan lengket di musim panas. Banyak percobaan yang telah dilakukan untuk mendapatkan sifat karet yang tidak terpengaruh oleh cuaca. Percobaan mula-mula dilakukan oleh E.C.F. Leuchs pada tahun 1831.

Setahun sesudah itu, N. Hayward mendapatkan bahwa jika belerang yang ditambahkan ke dalam larutan karet atau biji belerang dioleskan pada karet,akan menyebabkan karet lebih cepat menjadi kering.
Thomas Hancock menulis dalam bukunya yang terbit pada tahun 1985 bahwa pada tahun 1842, Brockedon memperlihatkan kepadanya sepotong contoh karet berasal dari Amerika yang tidak terpengaruh oleh cuaca ataupun oleh minyak. Thomas Hancock melihat bahwa potongan itu sedikit
kekuningan pada bagian dalamnya dan berbau belerang. Dalam percobaan selanjutnya, Hancock akhirnya berhasil menemukan bahwa bila karet dicampur dengan belerang dan dipanaskan maka akan berubah sifatnya menjadi elastis dan tidak terpengaruh lagi oleh perubahan cuaca. Proses perubahan ini lalu dipatenkan pada tahun 1843 dan sesuai usul temannya, Mr. Brockedon, proses ini dinamai vulkanisasi, yang kemudian nama ini diterima di Inggris, Amerika, dan dunia pada umumnya sampai sekarang.


Sebelum itu pada tahun 1838, Charles Goodyear di Amerika sudah terlibat dalam penelitian kompon karet dengan menggunakan belerang dan panas untuk mendapatkan kompon karet yang tidak terpengaruh oleh cuaca,yang dibuktikan dengan surat-surat yang diterimanya dari beberapa orang yang melihat atau mendapat contoh karet hasil percobaannya pada tahun 1839. Baru pada tahun 1844 dia mendapatkan paten untuk penemuannya. Dari beberapa tulisan yang membahas penemuan vulkanisasi ini, dan berdasarkan tulisan Hancock sendiri yang menyatakan bahwa Brokedon meperlihatkan contoh karet yang berasal dari Amerika yang tidak terpengaruh oleh cuaca, maka kebanyakan penulis sepakat kalau penemu pertama proses vulkanisai hendaknya diberikan kepada Charles Goodyear. Penemuan besar proses vulkanisasi ini akhirnya dapat disebut sebagai awal dari perkembangan industri karet.

Pada waktu pendudukan Jepang di Asia Tenggara dalam perang dunia kedua, persediaan karet alam di negara sekutu menjadi kritis dan diperkirakan akan habis dalam beberapa bulan. Pemerintah Amerika mendorong penelitian dan produksi untuk menghasilkan karet sintetik untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak. Usaha besar ini membuahkan hasil dalam waktu singkat dan terus berkembang
sesudah berakhirnya perang dunia kedua, 1/3 karet yang dikonsumsi dunia adalah karet sintetik. Karet sintetik cukup mendominasi industri karet, tetapi pemakaian karet alam pun masih sangat penting saat ini antara lain industri militer dan otomotif. Pada tahun 1983, hampir 4 juta ton karet alam dikonsumsi oleh dunia, tetapi karet sintetik yang digunakan sudah melebihi 8 juta ton.

Sumber : http://industrikaret.wordpress.com/

Prospek Karet Alam 2011 Kian Membaik

Senin, 21 Juni 2010

Prospek Karet Alam 2011 Kian Membaik

Oleh: Diena Lestari JAKARTA (Bisnis.com)

Kementerian Pertanian memprediksikan prospek karet alam pada tahun depan diperkirakan semakin membaik akibat lonjakan harga karet sintetis di pasar dunia, meski demikian harga akan membuat proses peremajaan kebun karet menjadi tersendat.

Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Achmad Mangga Barani mengatakan saat ini komposisi pangsa pasar karet alam dengan karet sintetis di dunia berbanding antara 60% dan 40%.


Dia mengatakan harga karet sintetis mahal di pasar internasional karena bahan bakunya dari minyak fosil yang harganya saat ini mencapai US$60 per barel.

"Saat ini karet alam menjadi fokus bahan baku utama dibandingkan karet sintetis," ujarnya pada akhir pekan lalu.
Berdasarkan data Ditjen Perkebunan, luas areal perkebunan karet nasional pada 1968 baru 2,2 juta hektare tapi meningkat pesat pada 2009 mencapai 3,43 juta hektare yang terdiri 85% perkebunan rakyat, 8% swasta dan 7% dari BUMN.

Sementara itu, produksi karet nasional pada tahun lalu mencapai 2,4 juta ton dengan produktivitas 0,9 ton/hektar, sedangkan ekspor mencapai 1,99 juta ton.
Pada tahun ini, produksi karet nasional diperkirakan mencapai 2,5 juta ton dari luas areal tanam 3,44 juta hektare serta produktivitas 0,93 ton/hektare.

Dirjen menyatakan saat ini proses peremajaan karet di kebun rakyat terkendala mengingat harga sedang tinggi. Dia memastikan jika harga karet sedang bagus, peremajaan karet akan terkendala.
Semua ini karena petani lebih memilih untuk menyadap karetnya dibandingkan melakukan peremajaan. Oleh karena itu, katanya, yang dilakukan pemerintah adalah meremajakan karet di lahan hutan karet.

Menurut Achmad, sentra hutan karet yang akan dilakukan proses peremajaan a.l. di wilayah Kalimantan dan Jambi.
Dirjen menyatakan proses peremajaan ini perlu dilakuan karena banyaknya areal tua, rusak dan tidak produktif, penggunaan bibit bukan klon unggul serta kondisi kebun yang menyerupai hutan.

Dia mengatakan pemerintah terus berupaya melakukan peremajaan karet rakyat dengan menggunakan klon unggul, mengembangkan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah, dan meningkatkan pendapatan petani.

Tiga upaya ini dilakukan untuk mencapai target jangka panjang tahun 2025 yakni

pertama, produksi karet mencapai 3,5 juta ton-4 juta ton yang 25% di antaranya untuk industri dalam negeri.
Kedua, peningkatan produktivitas menjadi 1.200 kg/ha/tahun -1.500 kg/ha/tahun dan ketiga, hasil kayu minimal 300 m3/ha/siklus.
"Selain itu juga diharapkan penggunaan klon unggul telah mencapai 85%," katanya.


(wiw/Bisnis Indonesia)

Sumber : http://www.pn8.co.id/pn8/index.php?option=com_content&task=view&id=290&Itemid=2

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KARET

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KARET


Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Namun sebagai negara dengan luas areal terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi beberapa kendala, yaitu rendahnya produktivitas, terutama karet rakyat yang merupakan mayoritas (91%) areal karet nasional dan ragam produk olahan yang masih terbatas, yang didominasi oleh karet remah (crumb rubber). Rendahnya produktivitas kebun karet rakyat disebabkan oleh banyaknya areal tua, rusak dan tidak produktif, penggunaan bibit bukan klon unggul serta kondisi kebun yang menyerupai hutan. Oleh karena itu perlu upaya percepatan peremajaan karet rakyat dan pengembangan industri hilir.

Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelola oleh rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat masih positif walaupun lambat yaitu 1,58%/tahun, sedangkan areal perkebunan negara dan swasta sama-sama menurun 0,15%/th. Oleh karena itu, tumpuan pengembangan karet akan lebih banyak pada perkebunan rakyat. Namun luas areal kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak produktif mencapai sekitar 400 ribu hektar yang memerlukan peremajaan.

Persoalannya adalah bahwa belum ada sumber dana yang tersedia untuk peremajaan. Di tingkat hilir, jumlah pabrik pengolahan karet sudah cukup, namun selama lima tahun mendatang diperkirakan akan diperlukan investasi baru dalam industri pengolahan, baik untuk menghasilkan crumb rubber maupun produk-produk karet lainnya karena produksi bahan baku karet akan meningkat. Kayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan furniture tetapi belum optimal, sehingga diperlukan upaya pemanfaatan lebih lanjut.


Agribisnis karet alam di masa datang akan mempunyai prospek yang makin cerah karena adanya kesadaran akan kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam, kecenderungan penggunaan green tyres, meningkatnya industri polimer pengguna karet serta makin langka sumber-sumber minyak bumi dan makin mahalnya harga minyak bumi sebagai bahan pembuatan karet sintetis. Pada tahun 2002, jumlah konsumsi karet dunia lebih tinggi dari produksi. Indonesia akan mempunyai peluang untuk menjadi produsen terbesar dunia karena negara pesaing utama seperti Thailand dan Malaysia makin kekurangan lahan dan makin sulit mendapatkan tenaga kerja yang murah sehingga keunggulan komparatif dan kompetitif Indonesia akan makin baik. Kayu karet juga akan mempunyai prospek yang baik sebagai sumber kayu menggantikan sumber kayu asal hutan. Arah pengembangan karet ke depan lebih diwarnai oleh kandungan IPTEK dan kapital yang makin tinggi agar lebih kompetitif.

Tujuan pengembangan karet ke depan adalah mempercepat peremajaan karet rakyat dengan menggunakan klon unggul, mengembangkan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah, dan meningkatkan pendapatan petani.

Sasaran jangka panjang (2025) adalah:
(a) Produksi karet mencapai 3,5 – 4 juta ton yang 25% di antaranya untuk industri dalam negeri;
(b) Produktivitas meningkat menjadi 1.200 -1.500 kg/ha/th dan hasil kayu minimal 300 m3/ha/siklus;
(c) Penggunaan klon unggul (85%);
(d) Pendapatan petani menjadi US$ 2.000/KK/th dengan tingkat harga 80% dari harga FOB; dan
(e) Berkembangnya industri hilir berbasis karet.

Sasaran jangka menengah (2005-2009) adalah:
(a) Produksi karet mencapai 2,3 juta ton yang 10% di antaranya untuk industri dalam negeri;
(b) Produktivitas meningkat menjadi 800 kg/ha/th dan hasil kayu minimal 300 m3/ha/siklus;
(c) Penggunaan klon unggul (55%);
(d) Pendapatan petani menjadi US$ 1.500/KK/th dengan tingkat harga 75% dari harga FOB; dan
(e) Berkembangnya industri hilir berbasis karet di sentra-sentra produksi karet.

Kebijakan operasional di tingkat on farm yang diperlukan bagi pengembangan agribisnis karet adalah :
(a) Penggunaan klon unggul dengan produktivitas tinggi (3000 kg/ha/th);
(b) Percepatan peremajaan karet tua seluas 400 ribu ha sampai dengan 2009 dan 1,2 juta ha sampai dengan 2025;
(c) Diversifikasi usahatani karet dengan tanaman pangan sebagai tanaman sela dan ternak; dan
(d) Peningkatan efisiensi usahatani.

Di tingkat off farm kebijakan operasional yang dikembangkan adalah :
(a) Peningkatan kualitas bokar berdasarkan SNI;
(b) Peningkatan efisiensi pemasaran untuk meningkatkan marjin harga petani;
(c) Penyediaan kredit usaha mikro, kecil dan menengah untuk peremajaan, pengolahan dan pemasaran bersama;
(d) Pengembangan infrastruktur;
(e)Peningkatan nilai tambah melalui pengembangan industri hilir; dan
(f) Peningkatan pendapatan petani melalui perbaikan sistem pemasaran dan lain-lain.

Kebutuhan investasi untuk peremajaan selama 2005-2009 untuk seluas 336.000 ha adalah sekitar Rp 2,41 trilyun, sedangkan selama 2005-2025 untuk seluas 1,2 juta ha adalah Rp 8,62 trilyun. Kebutuhan dana untuk investasi pada pabrik karet remah dengan kapasitas 70 ton/hari adalah Rp 25,6 milyar, namun belum perlu segera penambahan pabrik baru. Untuk kayu karet, diperlukan dana sekitar Rp 2,12 milyar untuk menghasilkan treated sawn timber dengan kapasitas 20m3/hari.

Kebijakan yang diperlukan untuk percepatan investasi adalah :

(a) Penciptaan iklim investasi yang makin kondusif seperti pemberian kemudahan dalam proses perijinan, pembebasan pajak (tax holiday) selama tanaman atau pabrik belum berproduksi, pemberian rangsangan kepada pengusaha untuk menghasilkan end product bernilai tambah tinggi yang non-ban, yang prospek pasarnya di dalam negeri cerah, adanya kepastian hukum dan keamanan baik untuk usaha maupun lahan bagi perkebunan, dan penghapusan berbagai pungutan dan beban yang memberatkan iklim usaha;
(b) Pengembangan sarana dan prasarana berupa jalan, jembatan, pelabuhan, alat transportasi, komunikasi, dan sumber energi (tenaga listrik);
(c) Penyediaan dana dengan menghidupkan kembali pungutan dari hasil produksi/ekspor karet (semacam CESS) yang sangat diperlukan untuk membiayai pengembangan industri hilir, peremajaan, promosi dan peningkatan kapasitas SDM karet;
(d) Pengembangan sistem kemitraan antara petani dan perusahaan, misalnya dengan pola ”PIR Plus”, dimana petani tetap memiliki kebun beserta pohon karetnya, dan ikut sebagai pemegang saham perusahaan yang menjadi mitranya.

Sumber : http://www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/b4karet

Minggu, 05 Juni 2011

BUDIDAYA TANAMAN KARET

BUDIDAYA TANAMAN KARET


Pengembangan perkebunan karet memberikan peranan penting bagi perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber devisa, sumber bahan baku industri, sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai pengembangan pusat-pusat pertumbuhan perekonomian di daerah dan sekaligus berperan dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya .

Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun 2004. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas.

Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. http://htysite.co.tv/images/gbr%20tani/karet%20kebun.jpgLuas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta.

Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai angka sekitar 2.2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani dan lahan kosong /tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan karet. Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditi karet ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatakan pendapatan petani melalui perluasan tanaman karet dan peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang efektif untuk dilaksanakan. Guna mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan yang bisa memberikan modal bagi petani atau pekebun swasta untuk membiayai pembangunan kebun karet dan pemeliharaan tanaman secara intensif.

PROSPEK DAN PELUANG PASAR
Karet (termasuk karet alam) merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari-hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet. Kebutuhan karet alam maupun karet sintetik terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar hidup manusia. Kebutuhan karet sintetik relatif lebih mudah dipenuhi karena sumber bahan baku relatif tersedia walaupun harganya mahal, akan tetapi karet alam dikonsumsi sebagai bahan baku industri tetapi diproduksi sebagai komoditi perkebunan.

Pertumbuhan ekonomi dunia yang pesat pada sepuluh tahun terakhir, terutama China dan beberapa negara kawasan Asia-Pasifik dan Amerika Latin seperti India, Korea Selatan dan Brazil, memberi dampak pertumbuhan permintaan karet alam yang cukup tinggi, walaupun pertumbuhan permintaan karet di negara-negara industri maju seperti Amerika Serikat, Eropa Barat dan Jepang relatif stagnan. Menurut perkiraan International Rubber Study Group (IRSG), diperkirakan akan terjadi kekurangan pasokan karet alam pada periode dua dekade ke depan. Hal ini menjadi kekuatiran pihak konsumen, terutama pabrik-pabrik ban seperti Bridgestone, Goodyear dan Michellin. Sehingga pada tahun 2004, IRSG membentuk Task Force Rubber Eco Project (REP) untuk melakukan studi tentang permintaan dan penawaran karet sampai dengan tahun 2035.

Hasil studi REP meyatakan bahwa permintaan karet alam dan sintetik dunia pada tahun 2035 adalah sebesar 31.3 juta ton untuk industri ban dan non ban, dan 15 juta ton diantaranya adalah karet alam. Produksi karet alam pada tahun 2005 diperkirakan 8.5 juta ton. Dari studi ini diproyeksikan pertumbuhan produksi Indonesia akan mencapai 3% per tahun, sedangkan Thailand hanya 1% dan Malaysia -2%. Pertumbuhan produksi untuk Indonesia dapat dicapai melalui peremajaan atau penaman baru karet yang cukup besar, dengan perkiraan produksi pada tahun 2020 sebesar 3.5 juta ton dan tahun 2035 sebesar 5.1 juta ton.

Sejak pertengahan tahun 2002 harga karet mendekati harga US$ 1.00/kg, dan sampai sekarang ini telah mencapai US$ 1.90kg untuk harga SIR 20 di SICOM Singapura. Diperkirakan harga akan mencapai US$ 2.00 pada tahun 2007 dan pada jangka panjang sampai 2020 akan tetap stabil, dikarenakan permintaan yang terus meningkat terutama dari China, India, Brazil dan negara- negara yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Asia-Pasifik.

Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30 tahun. Habitus tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman dapat mencapai 15 – 20 meter. Modal utama dalam pengusahaan tanaman ini adalah batang setinggi 2,5 sampai 3 meter dimana terdapat pembuluh latek. Oleh karena itu fokus pengelolaan tanaman karet ini adalah bagaimana mengelola batang tanaman ini seefisien mungkin. Deskripsi untuk pengenalan tumbuhan karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.).

Tanaman karet memiliki sifat gugur daun sebagai respon tanaman terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan (kekurangan air/kemarau). Pada saat ini sebaiknya penggunaan stimulan dihindarkan. Daun ini akan tumbuh kembali pada awal musim hujan.

Tanaman karet juga memiliki sistem perakaran yang ekstensif/menyebar cukup luas sehingga tanaman karet dapat tumbuh pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan. Akar ini juga digunakan untuk menyeleksi klon-klon yang dapat digunakan sebagai batang bawah pada perbanyakan tanaman karet.
Tanaman karet memiliki masa belum menghasilkan selama lima tahun (masaTBM 5 tahun) dan sudah mulai dapat disadap pada awal tahun ke enam. Secara ekonomis tanaman karet dapat disadap selama 15 sampai 20 tahun.

Pelaksanaan kegiatan pembangunan kebun karet mengacu pada teknik budidaya karet dengan tahapan sebagai berikut :

A. Persyaratan Tumbuh
Budidaya tanaman karet memerlukan persyaratan tumbuh sebagai berikut :
Iklim
- Tinggi tempat 0 sampai 200 m dpl. Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet.
- Suhu optimal diperlukan berkisar antara 250C sampai 350C.
- Curah hujan 1.500 sampai 3.000 mm/th. ada beberapa artikel yang menyatakan bahwa curah hujan optimal 2.500 mm s/d 4.000 mm/tahun dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang.
- Bulan kering kurang dari 3 bulan.
- Kecepatan angin maksimum kurang atau sama dengan 30 km/jam.
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat.

Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0.

Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
- Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
- Aerase dan drainase cukup
- Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
- Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
- Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm
- Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
- Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5
- Kemiringan tanah < 16% dan
- Permukaan air tanah < 100 cm.
- Kemiringan tanah kurang dari 10%.
- Jeluk efektif lebih dari 100 cm.
- Tekstur tanah terdiri lempung berpasir dan liat berpasir.
- Batuan di permukaan maupun di dalam tanah maksimal 15%.
- pH tanah berkisar antara 4,3 – 5,0.
- Drainase tanah sedang.

Klon-klon Karet Rekomendasi
Harga karet alam yang membaik saat ini harus dijadikan momentum yang mampu mendorong percepatan pembenahan dan peremajaan karet yang kurang produktif dengan menggunakan klon-klon unggul dan perbaikan teknologi budidaya lainnya. Pemerintah telah menetapkan sasaran pengembangan produksi karet alam Indonesia sebesar 3 - 4 juta ton/tahun pada tahun 2025. Sasaran produksi tersebut hanya dapat dicapai apabila minimal 85% areal kebun karet (rakyat) yang saat ini kurang produktif berhasil diremajakan dengan menggunakan klon karet unggul.

Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia telah banyak menghasilkan klon- klon karet unggul sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Pada Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet 2005, telah direkomendasikan klon-klon unggul baru generasi-4 untuk periode tahun 2006 – 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR 112, dan IRR 118. Klon IRR 42 dan IRR 112 akan diajukan pelepasannya sedangkan klon IRR lainnya sudah dilepas secara resmi. Klon-klon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifat-sifat sekunder lainnya. Oleh karena itu pengguna harus memilih dengan cermat klon-klon yang sesuai agroekologi wilayah pengembangan dan jenis-jenis produk karet yang akan dihasilkan.

Klon-klon lama yang sudah dilepas yaitu GT 1, AVROS 2037, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, RRIC 100 masih memungkinkan untuk dikembangkan, tetapi harus dilakukan secara hati-hati baik dalam penempatan lokasi maupun sistem pengelolaannya. Klon GT 1 dan RRIM 600 di berbagai lokasi dilaporkan mengalami gangguan penyakit daun Colletotrichum dan Corynespora. Sedangkan klon BPM 1, PR 255, PR 261 memiliki masalah dengan mutu lateks sehingga pemanfaatan lateksnya terbatas hanya cocok untuk jenis produk karet tertentu. Klon PB 260 sangat peka terhadap kekeringan alur sadap dan gangguan angin dan kemarau panjang, karena itu pengelolaanya harus dilakukan secara tepat.

Klon penghasil lateks : BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217, PB 260
Klon penghasil lateks-kayu : BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, 112, IRR 118
Klon penghasil kayu : IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78
Klon-klon yang sudah tidak direkomendasi, bukan berarti klon tersebut tidak boleh ditanam, dengan memperhatikan kondisi agroekosistem, sistem pengelolaan yang diterapkan dan luas areal sudah ditanami klon tersebut.

Bahan Tanam
Hal yang paling penting dalam penanaman karet adalah bibit/bahan tanam, dalam hal ini bahan tanam yang baik adalah yang berasal dari tanaman karet okulasi. Persiapan bahan tanam dilakuka paling tidak 1,5 tahun sebelum penanaman. Dalam hal bahan tanam ada tiga komponen yang perlu disiapkan, yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam. Persiapan batang bawah merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh bahan tanam yang mempunyai perakaran kuat dan daya serap hara yang baik. Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan pembangunan pembibitan batang bawah yang memenuhi syarat teknis yang mencakup persiapan tanah pembibitan, penanganan benih, perkecambahan, penanaman kecambah, serta usaha pemeliharaan tanaman di pembibitan

Untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan entres yang baik, Pada dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu berupa entres cabang dari kebun produksi atau entres dari kebun entres. Dari dua macam sumber mata okulasi ini sebaiknya dipilih entres dari kebun entres murni, karena entres cabang akan menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya tidak seragam dan keberhasilan okulasinya rendah.

Okulasi merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat yang unggul. Dari hasil okulasi akan diperoleh bahan tanam karet unggul berupa stum mata tidur, stum mini, bibit dalam polibeg, atau stum tinggi. Untuk tanaman karet, mata entres ini yang merupakan bagian atas dari tanaman dan dicirikan oleh klon yang digunakan sebagai batang atasnya. Penanaman bibit tanaman karet harus tepat waktu untuk menghindari tingginya angka kematian di lapang. Waktu tanam yang sesuai adalah pada musim hujan. Selain itu perlu disiapkan tenaga kerja untuk kegiatan-kegiatan untuk pembuatan lubang tanam, pembongkaran, pengangkutan, dan penanaman bibit. Bibit yang sudah dibongkar sebaiknya segera ditanam dan tenggang waktu yang diperbolehkan paling lambat satu malam setelah pembongkaran.

Batang bawah :
Syarat kebun sumber biji untuk batang bawah yaitu:
- Terdiri dari klon monoklonal anjuran untuk sumber benih.
- Kemurnian klon minimal 95%.
- Umur tanaman 10-25 tahun.
- Pertumbuhan normal dan sehat
- Penyadapan sesuai norma.
- Luas blok minimal 15 ha.
- Topografi relatif datar.

Persiapan Lahan
Pembukaan Lahan
Lahan tempat tumbuh tanaman karet harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan hasil tebas tebang, sehingga jadwal pembukaan lahan harus disesuaikan dengan jadwal penanaman. Kegiatan pembukaan lahan ini meliputi :
(a) pembabatan semak belukar,
(b) penebangan pohon,
(c) perecanaan dan pemangkasan,
(d) pendongkelan akar kayu,
(e) penumpukan dan pembersihan.
Seiring dengan pembukaan lahan ini dilakukan penataan lahan dalam blok-blok, penataan jalan-jalan kebun, dan penataan saluran drainase dalam perkebunan.

Penyiapan lahan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Secara Mekanis
- Pohon karet tua (replanting) atau semak dan atau pohonnon karet (new planting) ditebang dengan menggunakan gergaji (Chain saw), atau didorong menggunakan ekscavator sehingga perakaran ikut terbongkar.
- Pohon yang telah tumbang segera dipotong-potong dengan panjang sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.
- Bagian-bagian cabang dan ranting yang masih tertinggal dipotong-potong lebih pendek untuk memudahkan pengumpulan pada jalur yang telah ditetapkan.
- Sambil menunggu pekerjaan memotong ranting yang tersisa, pekerjaan dilanjutkan dengan membongkar tunggul yang masih tersisa di lapang.
- Pembongkaran tunggul dapat dilakukan dengan menggunakan alat berat (buldozer) sehingga sebagian besar tunggul dan akar tanaman karet dapat terangkat.
- Semua tunggul yang telah dibongkar bersama dengan sisa cabang dan ranting dibersihkan dengan cara dirumpuk/ dikumpulkan.
- Hasil rumpukan diusahakan agar terkena sinar matahari sebanyak-banyaknya sehingga cepat kering. Jarak antar tumpukan kayu karet diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu pekerjaan pengolahan tanah dan tumpang tindih dengan barisan tanaman.
- Khusus untuk areal peremajaan, tunggul kayu dan seluruh perakaran mutlak harus dibuang dan diangkat untuk mencegah tumbuhnya kembali JAP, minimal tunggul yang berdekatan dengan tanaman baru.
- Pembongkaran atau penebangan habis seluruh tanaman yang tumbuh (land clearing), yang dianjurkan adalah pengolahan lahan tanpa bakar (zero burning).

2. Secara Kimiawi
Urutan pekerjaan dalam penyiapan lahan secara kimiawi adalah sebagai berikut :
*). Peracunan tunggul
- Peracunan tunggul dapat dilakukan antara lain dengan 2,4,5-T ataupun garlon.

Penataan blok-blok.
Lahan kebun dipetak-petak menurut satuan terkecil dan ditata ke dalam blok-blok berukuran 10 -20 ha, setiap beberapa blok disatukan menjadi satu hamparan yang mempunyai waktu tanam yang relatif sama.

Penataan Jalan-jalan
Jaringan jalan harus ditata dan dilaksanakan pada waktu pembangunan tanaman baru (tahun 0) dan dikaitkan dengan penataan lahan ke dalam blok- blok tanaman. Pembangunan jalan di areal datar dan berbukit dengan pedoman dapat menjangkau setiap areal terkecil, dengan jarak pikul maksimal sejauh 200 m. Sedapatkan mungkin seluruh jaringan ditumpukkan/ disambungkan, sehingga secara keseluruhan merupakan suatu pola jaringan jalan yang efektif. Lebar jalan disesuaikan dengan jenis/kelas jalan dan alat angkut yang akan digunakan.

Penataan Saluran Drainase
Setelah pemancangan jarak tanam selesai, maka pembuatan dan penataan saluran drainase (field drain) dilaksanakan. Luas penampang disesuaikan dengan curah hujan pada satuan waktu tertentu, dan mempertimbangkan faktor peresapan dan penguapan. Seluruh kelebihan air pada field drain dialirkan pada parit-parit penampungan untuk selanjutnya dialirkan ke saluran pembuangan (outlet drain).

Persiapan Lahan Penanaman
Dalam mempersiapkan lahan pertanaman karet juga diperlukan pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara sistematis dapat menjamin kualitas lahan yang sesuai dengan persyaratan. Beberapa diantara langkah tersebut antara lain :

Pemberantasan Alang-alang dan Gulma lainnya
Pada lahan yang telah selesai tebas tebang dan lahan lain yang mempunyai vegetasi alang-alang, dilakukan pemberantasan alang-alang dengan menggunakan bahan kimia antara lain Round up, Scoup, Dowpon atau Dalapon. Kegiatan ini kemudian diikuti dengan pemberantasan gulma lainnya, baik secara kimia maupun secara mekanis.

Pengolahan Tanah
Dengan tujuan efisiensi biaya, pengolahan lahan untuk pertanaman karet dapat dilaksanakan dengan sistem minimum tillage, yakni dengan membuat larikan antara barisan satu meter dengan cara mencangkul selebar 20 cm. Namun demikian pengolahan tanah secara mekanis untuk lahan tertentu dapat dipertimbangkan dengan tetap menjaga kelestarian dan kesuburan tanah.

Pembuatan teras/Petakan dan Benteng/Piket
Pada areal lahan yang memiliki kemiringan lebih dari 50 diperlukan pembuatan teras/petakan dengan sistem kontur dan kemiringan ke dalam sekitar 150 . Hal ini dimaksudkan untuk menghambat kemungkinan terjadi erosi oleh air hujan.
Lebar teras berkisar antara 1,25 sampai 1,50 cm, tergantung pada derajat kemiringan lahan. Untuk setiap 6 - 10 pohon (tergantung derajat kemiringan

Pengajiran
Pada dasarnya pemancangan air adalah untuk menerai tempat lubang tanaman dengan ketentuan jarak tanaman sebagai berikut :
a) Pada areal lahan yang relatif datar / landai (kemiringan antara 00 - 80 ) jarak tanam adalah 7 m x 3 m (= 476 lubang/hektar) berbentuk barisan lurus mengikuti arah Timur - Barat berjarak 7 m dan arah Utara - Selatan berjarak 3 m

http://htysite.co.tv/images/gbr%20tani/pengajiran-pd-lahan-datar.jpg

b) Pada areal lahan bergelombang atau berbukit (kemiringan 8% - 15%) jarak tanam 8 m x 2, 5 m (=500 lubang/ha) pada teras-teras yang diatur bersambung setiap 1,25 m (penanaman secara kontur), Bahan ajir dapat menggunakan potongan bambu tipis dengan ukuran 20 cm - 30 cm. Pada setiap titik pemancangan ajir tersebut merupakan tempat penggalian lubang untuk tanaman.

http://htysite.co.tv/images/gbr%20tani/pengajiran-pd-lahan-bergelombang.jpg

P E M B I B I T A N

Perbanyakan tanaman karet dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif. Namun demikian, cara perbanyakan yang lebih menguntungkan adalah secara vegetatif yaitu dengan okulasi tanaman. Okulasi sebaiknya dilaksanakan pada awal atau akhir musim hujan dengan tahapan sbb:
- Buatlah jendela pada batang bawah dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 1/2 - 3/4 cm.
- Buatlah perisai pada entres dengan ukuran lebih kecil dari jendela dan mata diambil dari ketiak daun.
- Bukalah jendela pada batang bawah kemudian selipkan perisai diantara kulit jendela dan kambium
- Tutuplah kulit jendela kemudian dibalut dengan rafia atau pita plastik yang tebalnya 0,04 mm.
- 2 minggu setelah penempelan, penbalut dibuka dan periksalah perisai.
- Potonglah batang bawah pada ketinggian 10 cm diatas tempelan dengan arah pemotongan miring.
Klon-klon yang dianjurkan sebagai bibit batang bawah adalah: GTI, LCB 1320 dan PR 228.

Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang untuk tanaman dibuat 60 cm x 60 cm bagian atas , dan 40 cm x 40 cm bagian dasar dengan kedalaman 60 cm. Pada waktu melubang, tanah bagian atas (top soil) diletakkan di sebelah kiri dan tanah bagian bawah (sub soil) diletakkan di sebelah kanan. Lubang tanaman dibiarkan selama 1 bulan sebelum bibit karet ditanam.
Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan meng-gunakan cangkul tanah. Tanah bagian bawah (sub-soil) dipisahkan dengan dengan tanah bagian atas (top-soil). Selanjutnya diberikan pupuk dasar yaitu SP 36 dengan dosis 125 gram/pohon atau sekitar 62,5 kg/ha.

http://htysite.co.tv/images/gbr%20tani/pembuatan-lubang-tanam.jpgLubang tanam karet

Penanaman Kacangan Penutup Tanah (Legume cover crops = LCC)
Penanaman kacangan penutup tanah ini dilakukan sebelum bibit karet mulai ditanam dengan tujuan untuk menghindari kemungkinan erosi, memperbaiki struktur fisik dan kimia tanah, mengurangi pengupan air, serta untuk membatasi pertumbuhan gulma.
Komposisi LCC untuk setiap hektar lahan adalah 4 kg. Pueraria javanica, 6 kg Colopogonium mucunoides, dan 4 kg Centrosema pubescens, yang dicampur ke dalam 5 kg Rock Phosphate (RP) sebagai media. Selain itu juga dianjurkan untuk menyisipkan Colopogonium caerulem yang tahan naungan (shade resistence) ex biji atau ex steck dalam polibag kecil sebanyak 1.000 bibit/ha. Tanaman kacangan dipelihara dengan melakukan penyiangan, dan pemupukan dengan 200 kg RP per hektar, dengan cara menyebar rata di atas tanaman kacangan.

Seleksi dan Penanaman Bibit
Seleksi bibit
Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu dilakukan seleksi bibit untuk memperoleh bahan tanam yang memeliki sifat-sifat umum yang baik antara lain : berproduksi tinggi, responsif terhadap stimulasi hasil, resitensi terhadap serangan hama dan penyakit daun dan kulit, serta pemulihan luka kulit yang baik. Beberapa syarat yang harus dipenuhi bibit siap tanam adalah antara lain :
- Bibit karet di polybag yang sudah berpayung dua.
- Mata okulasi benar-benar baik dan telah mulai bertunas
- Akar tunggang tumbuh baik dan mempunyai akar lateral
- Bebas dari penyakit jamur akar (Jamur Akar Putih).

Kebutuhan bibit
Dengan jarak tanam 7 m x 3 m (untuk tanah landai), diperlukan bibit tanaman karet untuk penanaman sebanyak 476 bibit, dan cadangan untuk penyulaman sebanyak 47 (10%) sehingga untuk setiap hektar kebun diperlukan sebanyak 523 batang bibit karet.

Penanaman
Pada umumnya penanaman karet di lapangan dilaksanakan pada musim penghujan yakni antara bulan September sampai Desember dimana curah hujan sudah cukup banyak, dan hari hujan telah lebih dari 100 hari. Pada saat penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top soil yang telah dicampur dengan pupuk RP 100 gram per lubang, disamping pemupukan dengan urea 50 gram dan SP - 36 sebesar 100 gram sebagai pupuk dasar.

Waktu tanam
Penanaman tanaman karet dilakukan pada awal musim penghujan, saat tersebut merupakan awal yang baik/optimal untuk memulai penanaman dan harus berakhir sebelum musim kemarau.

Pelaksanaan Tanam
Bibit yang akan ditanam dapat berupa stum mata tidur maupun bibit dengan payung satu. Adapun ketentuan bibit siap tanam adalah sebagai berikut :
- Apabila bahan tanam berupa stum mata tidur, maka mata okulasi harus sudah membengkak/mentis. Hal ini dapat diperoleh dengan cara menunda pencabutan bibit minimal seminggu sejak dilakukan pemotongan batang bawah.
- Sedangkan, jika bahan tanam yang dipakai adalah bibit yang sudah ditumbuhkan dalam polybag, maka bahan yang dipakai maksimum memiliki dua payung daun tua.
- Penanaman dilakukan dengan memasukkan bibit ke tengah-tengah lubang tanam. Untuk bibit stum mata tidur, arah mata okulasi diseragamkan menghadap gawangan pada tanah yang rata, sedangkan pada tanah yang berlereng mata okulasi diarahkan bertolak belakang dengan dinding teras, sedangkan bibit dalam polybag arah okulasi menghadap Timur.
- Kemudian bibit ditimbun dengan tanah bagian bawah (sub-soil) dan selanjutnya dengan tanah bagian atas (top-soil). Selanjutnya, tanah dipadatkan secara bertahap sehingga timbunan menjadi padat dan kompak, tidak ada rongga udara dalam lubang tanam.
- Lubang tanam ditimbun sampai penuh, hingga permukaan rata dengan tanah di sekelilingnya. Untuk bibit stum mata tidur kepadatan tanah yang baik, ditandai dengan tidak goyang dan tidak dapat dicabutnya stum yang ditanam, sedangkan bibit dalam polybag pemadatan tanah dilakukan dengan hati-hati mulai dari bagian pinggir ke arah tengah.

Penyulaman
- Penyulaman dilakukan dengan bahan tanam yang relatif seumur dengan tanaman yang disulam. Hal ini dilakukan dengan selalu menyediakan bahan tanam untuk sulaman dalam polybag sekitar 10% dari populasi tanaman.

PEMELIHARAAN

- Lakukan penyiangan untuk menghindari persaingan tanaman didalam pengambilan unsur hara.
- Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang telah mati sampai dengan tanaman telah berumur 2 tahun pada saat musim penghujan.
- Tunas palsu harus dibuang selama 2 bulan pertama dengan rotasi 2 minggu sekali, sedangkan tunas lain dibuang sampai tanaman mencapai ketinggian 1,80 m.
- Setelah tanaman berumur 2-3 tahun, dengan ketinggian 3,5 m dan bila belum bercabang, perlu diadakan perangsangan dengan cara pengeratan batang, pembungkusan pucuk daun dan pemenggalan
- Lakukan pemupukan secara intensif pada tanaman baik pada kebun persemaian, kebun okulasi maupun kebun produksi, dengan menggunakan pupuk urea, TSP, dan KCL. Dosis pupuk disesuaikan dengan keadaan/jenis tanah. Untuk jenis tanah Latosol dan Podsolik Merah Kuning,

Pembuangan Tunas Palsu
- Tunas palsu adalah tunas yang tumbuh bukan dari mata okulasi. Tunas ini banyak tumbuh pada bahan tanam stum mata tidur, sedangkan pada bibit stum mini atau bibit polybag, tunas palsu jumlahnya relatif kecil.
- Pemotongan tunas palsu harus dilakukan sebelum tunas berkayu. Hanya satu tunas yang ditinggalkan dan dipelihara yaitu tunas yang tumbuh dari mata okulasi. Pembuangan tunas palsu ini akan mempertahankan kemurnian klon yang ditanam.

Pembuangan Tunas Cabang
- Tunas cabang adalah tunas yang tumbuh pada batang utama pada ketinggian sampai dengan 2,75 m-3,0 m dari atas tanah.
- Pemotongan tunas cabang dilakukan sebelum tunas berkayu, karena cabang yang telah berkayu selain sukar dipotong, akan merusak batang kalau pemotongannya kurang hati-hati.

Perangsangan Percabangan
- Percabangan yang seimbang pada tajuk tanaman karet sangat penting, untuk menghindari kerusakan oleh angin.
- Perangsangan percabangan perlu dilakukan pada klon yang sulit membentuk percabangan (GT-1, RRIM-600), sedangkan pada klon yang lain seperti PB-260 dan RRIC- 100, percabangan mudah terbentuk sehingga tidak perlu perangsangan.
- Untuk perangsangan cabang ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu pembuangan ujung tunas, penutupan ujung tunas, pengguguran daun, pengikatan batang, dan pengeratan batang.

Pengendalian gulma
Areal pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang-alang, Mekania, Eupatorium, dll sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Untuk mencapai hal tersebut, penyiangan pada tahun pertama dilakukan berdasarkan umur tanaman seperti berikut:

Tabel 1. Frekuensi Pengendalian Gulma dengan Herbisida berdasarkan Umur Umur Tanaman

Umur tanaman
(tahun)

Kondisi tajuk

Aplikasi herbisida

Lebar
piringan/jalur

Frekuensi

Frekuensi

Tanaman belum menghasilkan:
2 - 3 tahun

4 – 5 tahun


Tanaman
menghasilkan :
6 – 8 tahun


9 – 15 tahun

>15 tahun


belum menutup


mulai menutup



sudah menutup


sudah menutup

sudah menutup


3-4 kali


2-3 kali



2-3 kali


2 kali

2 kali


Maret, Juni, September,
Desember *)

Maret, September, Juni
*)


Maret, September, Juni
*)

Maret, September

Maret, September


1.5 – 2.0 m


1.5 – 2.0 m



2.0 – 3.0 m


2.0 – 3.0 m

2.0 – 3.0 m


Pengendalian Kimia
Cara kimia dilaksanakan dengan menyemprotkan herbisida, sehingga dalam pelaksanannya dapat cepat, sedikit menggunakan tenaga kerja serta tidak merusak tanaman dan sifat fisik tanah. Selain itu, gulma yang telah mati dan
membusuk dapat menambah unsur hara dalam tanah.
_ Jenis Ada 3 jenis herbisida yang digunakan untuk mengendalikan gulma yaitu pra- tumbuh, sistemik dan non- sistemik/kontak.
_ Dosis Dosis herbisida untuk pengendalian gulma

PEMUPUKAN

Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman, program pemupukan secara berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang seimbang dua kali pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan pada semeseter I yakni pada Januari/Februari dan pada semester II yaitu Juli/Agustus. Seminggu sebelum pemupukan, gawangan lebih dahulu digaru dan piringan tanaman dibersihkan. Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu dari Urea dan KCl. Program dan dosis pemupukan tanaman karet secara umum dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel Rekomendasi Umum Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan

Umur Tanaman

Urea (g/ph/th)

SP 36 (g/ph/th)

KCl (g/ph/th)

Frekuensi pemupukan

Pupuk dasar

-

125

-

-

1
2
3
4
5

250
250
250
300
300

150
250
250
250
250

100
200
200
250
250

2 kali/th
2 kali/th
2 kali/th
2 kali/th
2 kali/th

Tabel Rekomendasi Umum Pemupukan Tanaman Menghasilkan

Umur Tanaman

Urea (g/ph/th)

SP 36 (g/ph/th)

KCl (g/ph/th)

Frekuensi pemupukan

6 – 15
16 – 25
> 25 sampai 2 tahun sebelum
peremajaan

350
300
200

260
190
-

300
250
150

2 kali/th
2 kali/th
2 kali/th

Sementara itu untuk tanaman kacangan penutup tanah, diberikan pupuk RP sebanyak 200 kg/ha, yang pemberiannya dapat dilanjutkan sampai dengan tahun ke-2 (TBM-2) apabila pertumbuhannya kurang baik.

Untuk pemupukan secara khusus dengan melihat kondisi tanah sebagai berikut :
1) Pemupukan pada masa TBM kurang dari 1 tahun


Tanah Kurang Subur

Umur ( Bulan )

Jumlah Pupuk ( gram / pohon )

Urea

TSP

RP

KCL

Kies

0
2
4
6
9
12

-
25
25
40
60
75

-
-
60
-
60
-

250 *
-
-
-
-
-

-
-
20
40
60
-

-
-
10
-
20
-

Tanah Subur

Umur ( Bulan )

Jumlah Pupuk ( gram / pohon )

Urea

TSP

RP

KCL

Kies

0
2
4
6
9
12

-
25
25
50
75
100

-
-
75
-
75
-

250 *
-
-
-
-
-

-
-
25
50
75
-

-
-
25
-
25
-

Pemupukan pada masa TBM (2-5 tahun)

Umur ( Bulan )

Jumlah Pupuk ( gram / pohon )

Urea

TSP

MoP

Kies

2
3
4
5

250
250
300
300

175
200
200
200

200
200
250
250

75
100
100
100

Cara Pemupukan
1) Pemupukan dengan butiran (granular) Adapun Dosis pemupukan sebagai berikut :
* Pemberian Urea ke-1, 2, 3 dan 4 masing-masing setelah tanaman berumur 2, 5, 8 dan 12 bulan di lapangan. Tiap pemberian : seperempat dosis dalam setahun.
* Pemberian Urea ke-1, 2 dan 3 masing-masing setelah tanaman berumur 15,18 dan 24 bulan di lapangan.
* Pemberian pertama dan kedua, termasuk dosis TSP, KCl dan Kieserit pada tahun ke-1, 2 di lapangan, masing-masing pada bulan Pebruari dan Agustus/September.
* Diberikan menjelang daun tumbuh kembali setelah masa gugur daun.

2) Pemupukan dengan tablet
- Kehilangan hara dari pupuk yang terjadi melalui proses pencucian dan erosi dapat dikurangi
- Hara pupuk larut dengan proses lepas lambat (slow release) sehingga secara efektif dan efisien dapat diserap oleh tanaman
- Aplikasi pupuk lebih mudah, menghemat tenaga dan biaya Pupuk tablet dengan formula tertentu digunakan dengan cara membenamkan/ditugal ke dalam tanah sdi sekitar tanaman dengan jumlah sesuai dengan dosis yang diperlukan untuk jangka waktu tertentu (2 tahun). Pemupukan ini dilakukan sesaat setelah tanam dan baru diulangi lagi pada waktu persediaan pupuk dalam tanah sudah habis (tahun ke-3).

Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Penyakit
1. Jamur Akar Putih (Rigidoporus lignosus)
Gejala Serangan :Serangan jamur menyebabkan akar menjadi busuk dan apabila perakaran dibuka maka pada permukaan akar terdapat semacam benang- benang berwarna putih kekuningan dan pipih menyerupai akar rambut yang menempel kuat dan sulit dilepas.
• Gejala serangan yang tampak adalah daun-daun yang semula tampak hijau segar berubah menjadiberwarna hijau gelap kusam, layu akhirnya kering dan gugur kemudian diikuti kematian tanaman.
• Gejala lanjut akar membusuk, lunak dan berwarna coklat.

Pengendalian :
• Menanam tanaman penutup tanah jenis kacangkancangan, minimal satu tahun lebih awal dari penanaman karet.
• Sebelum penanaman, lubang tanam ditaburi biakan jamur Trichoderma harzianum yang dicampur dengan kompos sebanyak 200 gr/lubang tanam (1 kg T. Harzianum dicampur dengan 50 kg kompos/pupuk kandang). Pengendalian pada areal yang sudah terserang JAP:
• Pada serangan ringan masih dapat diselamatkan dengan cara membuka perakaran, dengan membuat lubang tanam 30 cm disekitar leher akar dengan kedalaman sesuai serangan jamur.
• Permukaan akar yang ditumbuhi jamur dikerok dengan alat yang tidak melukai akar. Bagian akar yang busuk dipotong dan dibakar. Bekas kerokan dan potongan diberi ter dan Izal kemudian seluruh permukaan akar dioles dengan fungisida yang direkomendasikan.
• Setelah luka mengering, seluruh perakaran ditutup kembali dengan tanah.
• Empat tanaman di sekitar tanaman yang sakit ditaburi dengan T. Harzianum dan pupuk.
• Tanaman yang telah diobati diperiksa kembali 6 bulan setelah pengolesan dengan membuka perakaran, apabila masih terdapat benang jamur maka dikerok dan dioles dengan fungisida kembali.
• Pengolesan dan penyiraman akar dengan fungsida dilakukan setiap 6 bulan sampai tanaman sehat.
• Tanaman yang terserang berat atau telah mati/tumbang harus segera dibongkar, bagian pangkal batang dan akarnya dikubur diluar areal pertanaman, menggunakan wadah agar tanah yang terikut tidak tercecer di dalam kebun.
• Bekas lubang dan 4 tanaman di sekitarnya ditaburi 200 gram campuran Trichoderma sp. dengan pupuk kandang 200 gr per lubang atau tanaman.

Pencegahan :
• Pada lahan yang sudah terinfeksi dengan JAP, dan akan ditanami karet dibersihkan dari tunggul-tunggul karet. Lubang penanaman diberi belerang100 – 200 gram per lobang.
• Disekitar tanaman muda yang berumur kurang dari 2 tahun ditanami tanaman antagonis antara lain Lidah mertua, Kunyit dan Lengkuas.

Penularan jamur biasanya berlangsung melalui kontak akar tanaman sehat ke tunggul tunggul, sisa akar tanaman atau perakaran tanaman sakit. Penyakit akar putih sering dijumpai pada tanaman karet umur 1-5 tahun terutama pada pertanaman yang bersemak, banyak tunggul atau sisa akar tanaman dan pada tanah gembur atau berpasir.
Pengobatan tanaman sakit sebaiknya dilakukan pada waktu serangan dini untuk mendapatkan keberhasilan pengobatan dan mengurangi resiko kematian tanaman. Bila pengobatan dilakukan pada waktu serangan lanjut maka keberhasilan pengobatan hanya mencapai di bawah 80%. Cara penggunaan dan jenis fungisida anjuran yang dianjurkan adalah :
Pengolesan : Calixin CP, Fomac 2, Ingro Pasta 20 PA dan Shell CP.
Penyiraman : Alto 100 SL, Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC,
Calixin 750 EC, Sumiate 12,5 WP dan Vectra 100 SC.
Penaburan : Anjap P, Biotri P, Bayfidan 3 G, Belerang dan Triko SP+

2. Penyakit Bidang Sadap
2.1. Mouldy Rot
Penyebab : Jamur Ceratocystis fimbriata
Gejala Serangan
• Mula-mula tampak selaput tipis berwarna putih pada bidang sadap didekat alur sadap. Selaput ini berkembang membentuk lapisan seperti beludru berwarna kelabu sejajar dengan alur sadap.
• Apabila lapisan dikerok, tampak bintik-bintik berwarna coklat kehitaman.
• Serangan bisa meluas sampai ke kambium dan bagian kayu.
• Pada serangan berat bagian yang sakit membusuk berwarna hitam kecokelatan sehingga sangat mengganggu pemulihan kulit.
• Bekas serangan membentuk cekungan berwarna hitam seperti melilit sejajar alur sadap. Bekas bidang sadap gergelombang sehingga menyulitkan penyadapan berikutnya atau tidak bisa lagi di sadap.

Pengendalian
• Di daerah yang beriklim basah atau rawan penyakit ini dinajurkan menanam klon resisten yang telah direkomendasikan.
• Pisau sadap diberi desinfektan sebelum digunakan.
• Menurunkan intensitas penyadapan atau menghentikan penyadapan pada serangan berat.
• Hindari torehan yang terlalu dalam pada saat penyadapan agar kulit cepat pulih.
• Tanaman yang sudah terserang dioles fungisida 5 cm di atas irisan sadap sehari setelah penyadapan dan getah belum dilepas. Interval pengolesan 1-2 minggu sekali sampai tanaman kembali sehat.

2.2 Kering Alur Sadap (KAS)
Penyebab
Ketidakseimbangan fisiologis dan penyadapan yang berlebihan.
Gejala Serangan
-Tanaman tampak sehat dan pertumbuhan tajuk lebih baik dibandingkan tanaman normal.
-Tidak keluar latek di sebagian alur sadap. Beberapa minggu kemudian keseluruhan alur sadap ini kering dan tidak me-ngeluarkan lateks.
- Lateks menjadi encer dan Kadar Karet Kering (K3) berkurang.
- Kekeringan menjalar sampai ke kaki gajah baru ke panel sebelahnya.
-Bagian yang kering akan berubah warnanya menjadi cokelat dan kadang-kadang terbentuk gum (blendok).
- Pada gejala lanjut seluruh panel / kulit bidang sadap kering dan pecah-pecah hingga mengelupas.

Deteksi penyakit
- Dilakukan sadap tusuk di bawah bidang sadap sampai ke bawah, apabila tidak keluar cairan latek berari sudah terserang KAS.
Gejala serangan
- Segera dilakukan pengendalian bila sebagian alur sadap mengalami kekeringan.
- Perlu waspada apabila lateks mulai encer.

Pengendalian
- Menurunkan intensitas penyadapan pada pohon/kebun yang telah mulai menunjuk-kan kekeringan alur sadap.
- Menghindari atau menurunkan intensitas penyadapan pada musim gugur daun.
- Bidang sadap yang mati dan kulit kering dipulihkan kembali dengan pemberian formulasi oleokimia (Antico F-96, No. BB).
- Pemberian oleokimia dengan cara mengerok kulit bidang sadap yang sakit kemudian dioles segera setelah pengerokan selesai.
- Satu tahun kemudian kulit yang baru bisa disadap kembali.
- Melakukan pemupukan yang teratur dan seimbang, kemudian ditambah 160 gram KCl/pohon/tahun.
-Menghindari penyadapan yang terlalu sering dan mengurangi pemakaian Ethepon terutama pada klon yang rentan terhadap kering alur sadap yaitu BPM 1, PB 235, PB 260, PB 330, PR 261 dan RRIC 100. Bila terjadi penurunan kadar karet kering yang terus menerus pada lateks yang dipungut serta peningkatan jumlah pohon yang terkena kering alur sadap sampai 10% pada seluruh areal, maka penyadapan diturunkan intensitasnya dari 1/2S d/2 menjadi 1/2S d/3 atau 1/2S d/4, dan penggunaan Ethepon dikurangi atau dihentikan untuk mencegah agar pohon-pohon lainnya tidak mengalami kering alur sadap.

Pengerokan kulit yang kering sampai batas 3-4 mm dari kambium dengan memakai pisau sadap atau alat pengerok. Kulit yang dikerok dioles dengan bahan perangsang pertumbuhan kulit NoBB atau Antico F-96 sekali satu bulan dengan 3 ulangan. Pengolesan NoBB harus diikuti dengan penyemprotan pestisida Matador 25 EC pada bagian yang dioles sekali seminggu untuk mencegah masuknya kumbang penggerek. Penyadapan dapat dilanjutkan di bawah kulit yang kering atau di panel lainnya yang sehat dengan intensitas rendah (1/2S d/3 atau 1/2S d/4). Hindari penggunaan Ethepon pada pohon yang kena kekeringan alur sadap. Pohon yang mengalami kekeringan alur sadap perlu diberikan pupuk ekstra untuk mempercepat pemulihan kulit.

3. Jamur Upas
Penyebab
jamur Corticium salmonicolor.
Gejala Serangan
_ Stadium sarang laba-laba
Pada permukaan kulit bagian pangkal atau atas percabangan putih seperti sutera mirip sarang laba-laba.
_ Stadium bongkol
Adanya bintil-bintil putih pada permukaan jaring labalaba.

_ Stadium kortisium
Jamur membentuk selimut yaitu kumpulan benangbenang jamur muda. Jamur telah masuk ke jaringan kayu.
_ Stadium nekator
Jamur membentuk lapisan tebal berwarna hitam yang terdiri dari jaringan kulit yang membusuk dan kumpulan tetesan lateks yang berwarna coklat kehitaman meleleh di permukaan bagian terserang. Cabang atau ranting yang terserang akan membusuk dan mati serta mudah patah.

Pengendalian
_ Menanam klon yang tahan seperti BPM 107, PB 260, PB 330, AVROS 2037, PBM 109, IRR 104, PB 217, PB 340, PBM 1, PR 261 dan RRIC 100 IRR 5, IRR 39, IRR 42, IRR 112 dan IRR 118.
_ Jarak tanam diatur tidak terlalu rapat.
_ Cabang/ranting yang telah mati dipotong dan dimusnahkan.
_ Cabang yang masih menunjukkan gejala awal (sarang laba-laba) segera dioles dengan fungisida Bubur Bordo atau fungsida berbahan aktif Tridermorf hingga 30 cm ke atas dan ke bawah bagian yang terserang.
_ Bubur bordo dan fungisida yang mengandung unsur tembaga tidak dianjurkan pada tanaman yang telah disadap, karena dapat merusak mutu lateks.
_ Pada kulit yang mulai membusuk, harus dikupas sampai bagian kulit sehat kemudian dioles fungisida hingga 30 cm ke atas dan ke bawah dari bagian yang sakit.

Hama
1. Babi hutan (Sus barbatus, Sus scrofa vittatus)

Gejala Serangan
_ Tanaman muda tiba-tiba tumbang.
_ Perakaran rusak, daun menjadi layu dan kuning.

Pengendalian
_ Sanitasi lingkungan, memasang jaring, perangkap.
_ Memberi pagar di sekitar areal kebun
_ Membuat parit di sekitar areal kebun
_ Berburu bersama dengan kelompok pemburu babi misalnya dengan Perbakin.
_ Pemberian umpan beracun, namun perlu hati-hati jangan sampai racun tersentuh tangan.

PANEN
Menentukan Matang Sadap
a.1 Matang Sadap Pohon
Kriteria :
_ Umur tanaman Tanaman karet siap disadap pada umur sekitar 5 - 6 tahun.
_ Pengukuran lilit batang
Pohon karet dinyatakan matang sadap apabila lilit batang sudah mencapai 45 cm atau lebih. Lilit batang diukur pada ketinggian batang 100 cm dari pertautan okulasi untu tanaman okulasi.

Persiapan Buka Sadap
b.1 Penggambaran Bidang Sadap
_ Tinggi bukaan sadap, Tanaman karet okulasi mempunyai lilit batang bawah dengan bagian atas yang relatif sama (silinder), demikian juga dengan tebal kulitnya. Tinggi bukaan sadap pada tanaman okulasi adalah 130 cm di atas pertautan okulasi. Ketinggian ini berbeda dengan ketinggian pengukuran lilit batang untuk penentuan matang sadap.
_ Arah dan sudut kemiringan irisan sadap, Arah irisan sadap harus dari kiri atas ke kanan bawah, tegak lurus terhadap pembuluh lateks. Sudut kemiringan irisan yang paling baik berkisar antara 300 – 400 terhadap bidang datar untuk bidang sadap bawah. Pada penyadapan bidang sadap atas, sudut kemiringannya dianjurkan sebesar 450.
_ Panjang irisan sadap, Panjang irisan sadap adalah 1/2s (irisan miring sepanjang ½ spiral atau lingkaran batang).
_ Letak bidang sadap, Bidang sadap harus diletakkan pada arah yang sama dengan arah pergerakan penyadap waktu menyadap.

Produksi lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh keadaan tanah dan pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan manajemen penyadapan. Apabila ketiga kriteria tersebut dapat terpenuhi, maka diharapkan tanaman karet pada umur 5 - 6 tahun telah memenuhi kriteria matang sadap. Kriteria matang sadap antara lain apabila keliling lilit batang pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah telah mencapai minimum 45 cm. Jika 60% dari populasi tanaman telah memenuhi kriteria tersebut, maka areal pertanaman sudah siap dipanen.

Tinggi bukaan sadap
Tinggi bukaan sadap, baik dengan sistem sadapan ke bawah (Down ward tapping system, DTS) maupun sistem sadap ke atas (Upward tapping system, UTS) adalah 130 cm diukur dari permukaan tanah.

Pemasangan Talang dan Mangkuk Sadap
Talang sadap terbuat dari seng selebar 2,5 cm dengan panjang sekitar 8 cm. Talang sadap dipasang pada jarak 5 cm – 10 cm dari ujung irisan sadap bagian bawah. Mangkuk sadap umumnya terbuat dari plastik, tanah liat atau aluminium. Mangkuk sadap dipasang pada jarak 5-20 cm di bawah talang sadap. Mangkuk sadap diletakkan di atas
cincin mangkuk yang diikat dengan tali cincin pada pohon.

Pelaksanaan penyadapan
c.1 Kedalaman irisan sadap
Penyadapan diharapkan dapat dilakukan selama 25 – 30 tahun. Kedalaman irisan sadap
http://htysite.co.tv/images/gbr%20tani/karet%20sadap.jpgdianjurkan berkisar 1-1,5 mm dari kambium.
c.2 Ketebalan irisan sadap
Ketebalan irisan sadap yang dianjurkan adalah berkisar antara 1,5 mm – 2 mmsetiap penyadapan, agar penyadapan dapat dilakukan selama kurang lebih 25 – 30 tahun.
c.3 Frekuensi penyadapan
Frekuensi penyadapan adalah jumlah penyadapan dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Dengan panjang irisan ½ spiral (1/2 s), frekuensi penyadapan adalah 1 kali dalam 3 hari (3/d) untuk 2 tahun pertama penyadapan, dan kemudian diubah menjadi 1 kali dalam 2 hari (d/2) untuk tahun selanjutnya.
c.4 Waktu penyadapan
Penyadapan sebaiknya dilakukan sepagi mungkin yaitu antara jam 05.00 – 07.30 pagi.

Waktu bukaan sadap.
Waktu bukaan sadap adalah 2 kali setahun yaitu, pada (a) permulaan musim hujan (Juni) dan (b) permulaan masa intensifikasi sadapan (bulan Oktober). Oleh karena itu, tidak secara otomatis tanaman yang sudah matang sadap lalu langsung disadap, tetapi harus menunggu waktu tersebut di atas tiba.

Kemiringan irisan sadap
Secara umum, permulaan sadapan dimulai dengan sudut kemiringan irisan sadapan sebesar 400 dari garis horizontal.
http://htysite.co.tv/images/gbr%20tani/karet%20sadap%202.jpgPada sistem sadapan bawah, besar sudut irisan akan semakin mengecil hingga 300 bila mendekati "kaki gajah" (pertautan bekas okulasi). Pada sistem sadapan ke atas, sudut irisan akan semakin membesar.

Peralihan tanaman dari TMB ke TM
Secara teoritis, apabila didukung dengan kondisi pertumbuhan yang sehat dan baik, tanaman karet telah memenuhi kriteria matang sadap pada umur 5 - 6 tahun. Dengan mengacu pada patokan tersebut, berarti mulai pada umur 6
tahun tanaman karet dapat dikatakan telah merupakan tanaman menghasilkan atau TM.

Sistem sadap
Dewasa ini sistem sadap telah berkembang dengan mengkombinasikan intensitas sadap rendah disertai stimulasi Ethrel selama siklus penyadap. Untuk karet rakyat, mengingat kondisi sosial ekonomi petani, maka dianjurkan menggunakan sistem sadap konvensional.

PENANGANAN PASCA PANEN

Untuk memperoleh bahan olah karet yang bermutu baik beberapa persyaratan
teknis yang harus diikuti yaitu :
• Tidak ditambahkan bahan-bahan non karet.
• Dibekukan dengan asam semut dengan dosis yang tepat.
• Segera digiling dalam keadaan segar.
• Disimpan di tempat yang teduh dan terlindung dan tidak direndam. Jenis bahan olah karet (bokar) yang dapat diproduksi yaitu :
a. Lateks Pekat
Lateks pekat adalah lateks kebun yang dipekatkan dengan cara sentrifus atau didadihkan dari KKK 28% - 30% menjadi KKK 60% - 64%. Peralatan yang diperlukan adalah tangki dadih dari plastik, pengaduk kayu, dan saringan lateks 60 mesh. Bahan-bahan yang diperlukan berupa bahan pendadih yaitu campuran amonium alginat dan karboksi metil selulose, bahan pemantap berupa amonium laurat dan pengawet berupa gas atau larutan amoniak. Pengolahan lateks pekat melalui beberapa tahap yaitu penerimaan dan penyaringan lateks kebun, pembuatan larutan pendadih, pendadihan dan pemanenan.

b. Lump Mangkok
Lump mangkok adalah lateks kebun yang dibiarkan menggumpal secara alamiah dalam mangkok. Pada musim penghujan untuk mempercepat proses penggumpalan lateks dapat digunakan asam semut yang ditambahkan ke dalam mangkok.

c. Slab Tipis / Giling
Slab tipis dibuat dari lateks atau campuran lateks dengan lump mangkok yang dibekukan dengan asam semut di dalam bak pembeku yang berukuran 60 x 40 x 6 cm, tanpa perlakuan penggilingan. Proses pembuatan slab tipis dapat diuraikan sebagai berikut :
c.1 Masukkan dan susun lump mangkok secara merata di dalam bak pembeku.
c.2 Tambahkan larutan asam semut 1% ke dalam lateks kebun, dengan dosis 110 ml per liter
lateks, kemudian diaduk.
c.3 Tuangkan campuran tersebut ke dalam bak pembeku yang telah diisi lump mangkok.
c.4 Biarkan sekitar 2 jam, lalu gumpalan diangkat dan disimpan di atas rak dalam tempat yang teduh. Untuk meningkatkan kadar karet kering menjadi sekitar 70%, slab tipis dapat digiling dengan menggunakan handmangle dan hasilnya disebut dengan slab giling. Slab tipis dapat diolah menjadi blanket melalui penggilingan dengan mesin creper. Proses penggilingan dilakukan sebanyak 4-6 kali sambil disemprot dengan air bersih untuk menghilangkan kotoran yang terdapat di dalam slab. Hasil blanket mempunyai ketebalan sekitar 0,6 cm – 1 cm, dengan KKK sekitar 75%.

d. Sit Angin
Sit angin adalah lembaran karet hasil penggumpalan lateks yang digiling dan dikeringanginkan sehingga memiliki KKK 90% - 95%. Pengolahan sit angin dilakukan melalaui berbagai tahap yaitu penerimaan dan penyaringan lateks, pengenceran, penggumpalan, pemeraman, penggilingan, pencucian, penirisan dan pengeringan.

e. Sit Asap (Ribbed Smoked Sheet/RSS)
Proses pengolahan sit asap hampir sama dengan sit angina. Bedanya terletak pada proses pengeringan, dimana pada sit asap dilakukan pengasapan pada suhu yang bertahap antara 40o- 60o C selama 4 hari, dengan pengaturan sebagai berikut :
1 Hari pertama, suhu 40o-45o C, ventilasi ruang asap lebar.
2 Hari kedua, suhu 40o-50o C, ventilasi ruang asap sedang.
3 Hari ketiga, suhu 50o-55o C, ventilasi ruang asap tertutup.
4 Hari keempat, suhu 55o-60o C.

Salam tani
disarikan oleh
Dwi Hartoyo,SP

REFERENSI BUDIDAYA KARET
http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-karet.html
http://budidayakaret.blogspot.com/
http://migroplus.com/brosur/Budidaya%20karet.pdf
http://disbun.kalselprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=91&Itemid=82
http://www.pustaka-deptan.go.id/agritek/ppua0148.pdf
http://wongtaniku.wordpress.com/2009/01/09/144/
http://disbun.kuansing.go.id/_uploads//2010/06/budidaya-tanaman-karet.pdf
http://www.mail-archive.com/agromania@yahoogroups.com/msg13622.html
http://disbun.kuansing.go.id/_uploads//2010/06/budidaya-tanaman-karet.pdf
http://binaukm.com/2010/04/karakteristik-tanaman-karet-dalam-budidaya-tanaman-karet/
http://binaukm.com/2010/04/klon-unggul-tanaman-karet-dalam-budidaya-tanaman-karet/
http://binaukm.com/2010/04/teknik-budidaya-tanaman-karet-dalam-usaha-budidaya-tanaman-karet-tahap-persiapan/
http://binaukm.com/2010/04/ciri-ciri-dan-morfologi-bibit-tanaman-karet-dalam-budidaya-tanaman-karet/

Sumber : http://htysite.co.tv/budidaya%20karet.htm

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More