Senin, 21 Juni 2010 Prospek Karet Alam 2011 Kian Membaik Oleh: Diena Lestari JAKARTA (Bisnis.com) Kementerian Pertanian memprediksikan prospek karet alam pada tahun depan diperkirakan semakin membaik akibat lonjakan harga karet sintetis di pasar dunia, meski demikian harga akan membuat proses peremajaan kebun karet menjadi tersendat. Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Achmad Mangga Barani mengatakan saat ini komposisi pangsa pasar karet alam dengan karet sintetis di dunia berbanding antara 60% dan 40%. Dia mengatakan harga karet sintetis mahal di pasar internasional karena bahan bakunya dari minyak fosil yang harganya saat ini mencapai US$60 per barel. pertama, produksi karet mencapai 3,5 juta ton-4 juta ton yang 25% di antaranya untuk industri dalam negeri. (wiw/Bisnis Indonesia)
"Saat ini karet alam menjadi fokus bahan baku utama dibandingkan karet sintetis," ujarnya pada akhir pekan lalu.
Berdasarkan data Ditjen Perkebunan, luas areal perkebunan karet nasional pada 1968 baru 2,2 juta hektare tapi meningkat pesat pada 2009 mencapai 3,43 juta hektare yang terdiri 85% perkebunan rakyat, 8% swasta dan 7% dari BUMN.
Sementara itu, produksi karet nasional pada tahun lalu mencapai 2,4 juta ton dengan produktivitas 0,9 ton/hektar, sedangkan ekspor mencapai 1,99 juta ton.
Pada tahun ini, produksi karet nasional diperkirakan mencapai 2,5 juta ton dari luas areal tanam 3,44 juta hektare serta produktivitas 0,93 ton/hektare.
Dirjen menyatakan saat ini proses peremajaan karet di kebun rakyat terkendala mengingat harga sedang tinggi. Dia memastikan jika harga karet sedang bagus, peremajaan karet akan terkendala.
Semua ini karena petani lebih memilih untuk menyadap karetnya dibandingkan melakukan peremajaan. Oleh karena itu, katanya, yang dilakukan pemerintah adalah meremajakan karet di lahan hutan karet.
Menurut Achmad, sentra hutan karet yang akan dilakukan proses peremajaan a.l. di wilayah Kalimantan dan Jambi.
Dirjen menyatakan proses peremajaan ini perlu dilakuan karena banyaknya areal tua, rusak dan tidak produktif, penggunaan bibit bukan klon unggul serta kondisi kebun yang menyerupai hutan.
Dia mengatakan pemerintah terus berupaya melakukan peremajaan karet rakyat dengan menggunakan klon unggul, mengembangkan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah, dan meningkatkan pendapatan petani.
Tiga upaya ini dilakukan untuk mencapai target jangka panjang tahun 2025 yakni
Kedua, peningkatan produktivitas menjadi 1.200 kg/ha/tahun -1.500 kg/ha/tahun dan ketiga, hasil kayu minimal 300 m3/ha/siklus.
"Selain itu juga diharapkan penggunaan klon unggul telah mencapai 85%," katanya.
0 komentar:
Posting Komentar