Budidaya Tanaman Karet

Pengembangan perkebunan karet memberikan peranan penting bagi perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber devisa, sumber bahan baku industri......

Kebun Karet Siap Sadap

Dengan bibit dari klon yang unggul umur panen lebih cepat 5-10 bulan dan produksi pada tahun sadap pertama meningkat 110-500 kg/ha/tahun.

Keluarga Ir. H. Dian Kusumanto

Ir. H. Dian Kusumanto, Ir. Hj. Rini Astuti, Alifia Qurata Ayun dan Ghina Arrifah.

Menyadap Pohon Karet

Lateks atau getah karet sangat dekat dipergunakan dalam kehidupan kita. Misalnya untuk produksi kasur busa, sarung tangan karet, alas sepatu, dot bayi, alat pompa pengukur tekanan darah, karet gelang, dan lain-lain. Di industri pangan, penggunaan lateks biasanya untuk produksi sarung tangan karet pada mesin produksi..

Kebun Karet

Jarak Tanam Ideal antar pohon, 3x6 meter mengikuti arah matahari.

Hasil Panen Karet Mentah

Karet Mentah hasil perkebunan kelompok tani Tresnomaju dari Lampung Utara.

Pabrik Karet di Sumut Terkendala Bahan Baku

Pabrik karet Sumut yang sebanyak 57 unit itu terdiri dari pabrik SIR sebanyak 44 unit, pabrik RSS 10 unit dan latex tiga unit.

Bibit Karet Unggul Pak Sutrisno

Sang pembibit Karet Unggul dari Tresnomaju adalah Para Petani dan Penangkar bibit karet yang di bina oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lampung Utara.

Pembekuan Karet Sheet

Pembekuan lateks dilakukan di dalam bak koagulasi dengan menambahkan zat koagulan yang bersifat asam. Pada umunya digunakan larutan asam format/asam semut atau asam asetat /asam cuka dengan konsentrasi 1-2% ke dalam lateks dengan dosis 4 ml/kg karet kering.

BOKAR (bahan olahan karet)

Bau busuk menyengat terjadi juga disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pembusuk yang melakukan biodegradasi protein di dalam bokar menjadi amonia dan sulfida.

Bibit Karet Klon Unggul

Dengan bibit Karet dari klon unggul umur mulai produksi lateks lebih cepat dan hasil produksi juga meningkat.

Pembibitan Karet

Pembibitan karet dengan okulasi klon unggul dari Tresnomaju Lampung Utara.

Biji Tanaman Karet

Biji Karet ini untuk calon batang bawah pada pembibitan Karet sistem okulasi.

Gumpalan Lateks Karet

Gumpalan lateks karet dari kebun diangkut menuju tempat penampungan sementara.

Petani Karet sapai tua

Memikil lateks karet dari kebun menuju tempat pengolahan atau penampungan sementara.

Selasa, 29 Mei 2012

VITEX (Vitamin Latex)

VITEX ( Vitamin Latex )


Ukuran 100 gram 
Ukuran 1000 gram



VITEX

Apa itu VITEX™ ?
Vitex™ adalah suatu produk dengan teknologi tinggi yang telah diuji dan diterima di berbagai manca Negara seperti Malaysia, Sri Langka, Thailand, India, Brazil, China, Vietnam, Nigeria dan dalam negeri kita INDONESIA dengan hasil yang memuaskan, produk dengan inovasi baru yang akan meningkatkan hasil sadapan karet anda menjadi dua kali lipat dalam waktu singkat dan mencegah pohon karet anda dari penyakit kekeringan.

Vitex™ bukanlah hormon tetapi merupakan vitamin pohon karet/suplemen yang diperlukan karet untuk menghasilkan getah karet dengan alami tanpa penurunan kualitas DRC (Dry Rubber Content), bahkan vitex™ akan meningkatkan DRC getah karet anda. Dengan biaya yang sangat rendah dan cara penggunaan yang sangat mudah bagi, yaitu dengan hanya dioleskan pada pohon karet.

Vitex™ telah diujikan kelayakan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) dan telah lulus Efikasi dosis yang diajurkan untuk aplikasi Vitex dalam 1 gram/pohon dan produk Vitex™ ini telah memperoleh ijin tetap dari Departemen Pertanian Republik Indonesia dengan No. Pendaftaran Deptan dan mendapat SK Mentan : RI.3007/11-2007/T.

PT. Wahana Agro Sembada, Distributor Tunggal di Indonesia memperkenalkan vitex tahun 2006 dan pertama daerah yang sudah sangat mengenal produk ini adalah pulau Sumatera khususnya Provinsi Sumut, Palembang, Bengkulu, Jambi, Sumbar, sampai ke Nangroe Aceh Darussalam. Bahkan Provinsi ACEH dengan menggunakan dana APBD tahun 2010 ini mereka memesan 750 TON.
 
PERHATIAN !! karena hasilnya yang luar biasa, mulai marak vitex palsu bermunculan, maka diberitahukan kepada seluruh pelanggan bahwa kami hanya mendatangkan vitex ukuran 100 gr dan pesanan khusus dari beberapa agen untuk botol besar isi 1 kg. Kalo ada yang menjual dengan besar botol isi 250 gr maka bisa kami pastikan itu VITEX PALSU !!!!!!!!!
MANFAAT PRODUK VITEX™ :
 
  1. Meningkatkan hasil getah pohon karet menjadi dua kali lipat dalam waktu singkat
  2. Biaya yang sangat rendah
  3. Menyembuhkan dan mencegahkan pohon karet dari kekeringan (KAS)
  4. Meningkat kesehatan pohon karet
  5. Meningkat kadar karet kering (DRC)
  6. Membuat pohon karet panjang umur
  7. Tanpa efek samping
Kenapa membutuhkan VITEX™ ?
 
Vitex™ menyembuhkan dan mencegah pohon karet dari kekeringan (KAS)
Eksplotasi pohon karet secara terus menerus akan menyebabkan pohon karet anda menjadi kering dan akhirnya mati, pemberian pupuk tidak akan merubah kondisi tersebut, apalagi bila penyadapan dilakukan tiap hari, pada kulit pohon karet yang mengalami kekeringan akan menjadi rapuh dan berwarna lebih gelap dari pohon normal pada bekas alur penyadapan. 
 
Biasanya pohon karet yang mengalami kekeringan tersebut akan diistirahatkan selama beberapa waktu, tapi bila tidak nampak hasil yang nyata, maka pohon karet itu biayanya akan ditebang atau akan dibiarkan tanpa terawat.
 
Masalah kekeringan ini dapat diatasi dengan pemberian produk VITEX™, dengan hanya pemberian 1 gram per pohon setiap 10 hari sekali, pemakaian produk ini dapat juga dilakukan pada pohon normal atau sehat untuk mencegah kekeringan pada pohon karet.
 
VITEX™ meningkatkan hasil karet dalam 24 jam
 
Beberapa produk hormon atau stimulan lain yang ada dipasaran memang dapat meningkatkan hasil getah pohon karet menjadi 30%. Tetapi beberapa tes yang dilakukan menunjukkan bahwa pemakaian stimulan akan menurunkan DRC hasil getah pohon karet anda, alasan untuk hal ini sangat mudah untuk dijelaskan, pemakaian hormon untuk pohon karet bukan hanya akan memaksa pohon karet bekerja diluar batas kemampuannya untuk memproduksi getah pohon karet, juga akan menyerap banyak air tanah yang berfungsi untuk menggumpal getah yang dihasilkan.

Masalah besar yang lain adalah hormon tersebut tidak dapat menjaga atau meningkatkan kesehatan pada pohon karet anda, pemakaian hormon yang tidak terkontrol, untuk menghasilkan produksi yang lebih, juga penyadapan terus menerus, akan menimbulkan munculnya berbagai penyakit pada pohon karet seperti jamur, sehingga memperpendek usia dari pohon karet anda.

VITEX™ berkerja dengan cara yang berbeda dengan homon, produk ini adalah vitamin yang akan dapat meningkatkan kesehatan pohon karet anda, dan memberi asupan nutrisi yang diperlukan oleh pohon karet untuk menghasilkan getah karet secara alami sehingga akan memperpanjang masa hidup pohon karet anda. Meskipun hasilnya sudah dapat meningkat dalam waktu 12 jam setelah pengolesan, tetapi penyadapan sebaiknya dilakukan setelah 24 jam sejak pengolesan atau besok harinya.

CARA PEMAKAIAN VITEX™
 
Pada Pohon yang normal :
  1. Lepaskan sisa getah karet yang ada pada pohon karet anda
  2. Gunakan kuas lukis khusus No. 8 ( 2x celupan )
  3. Celupkan kuas ke dalam VITEX™ (1x celup = ½ gram ) aplikasi tiap pohon hanya 1 gram tidak boleh lebih tidak kurang
  4. Oleskan pada bekas deresan/torehan terakhir sepanjang alur sampai zat Vitex yang ada dikuas habis
  5. Pohon karet boleh disadap setelah 24 jam atau esok harinya ( ngoles saat libur nderes )
  6. Pengolesan ini boleh dilakukan walau pada saat musim hujan asal tidak pas sedang hujan ( 3 jam penyerapan vitamin C )
  7. Ingat ! jangan tambahkan air atau zat apapun pada produk Vitex™ yang akan mempengaruhi kualitas produk
  8. Lakukan setiap 10 hari sekali
  9. Anjuran sebulan hanya 10x menderes/menoreh ( pola A B C )

Pada Pohon yang sudah tidak produktif atau kekeringan atau mati sadap :
  1. Buatlah deresan/torehan baru 10-15 cm dibawah bekas deresan yang lama
  2. Oleskan dengan produk Vitex dengan cara yang sama pada pohon yang normal
  3. Lakukan pada hari 0 kemudian hari ke 5 dan hari ke 10 (selama dirawat tidak boleh dideres/ditoreh dulu).
Kemudian hari ke 11 lakukan deresan / Sadapan pertama

Untuk Menjaga Keaslian Produk, Maka Kami Menjual Hanya melalui Agen saja :
Berminat, Hubungi Kami Untuk Daerah Lubuklinggau dan Musi Rawas :
Krismiono
Jl. Tritunggal No.8 RT.21 Megang Sakti I Musi Rawas Sumatera Selatan
HP. 085648060063 / 081332686354


Sumber :  http://agrocrismi.blogspot.com/2010/11/vitex-vitamin-latex.html

INGIN BISNIS BALON LATEX ???

BALON LATEKS / KARET POLOS



DI JUAL BALON LATEX POLOS

1. Balon Latex ukuran 11" :
* Minimal order : 100 balon Rp 2.000 per balon.
* Minimal order : 500 buah balon Rp 1.000 per balon.

2. Balon Latex Metallic 12" :
* Minimal order : 100 - 499 buah balon Rp 2.500 per balon.
* Minimal order : 500 buah balon Rp 1.500 per balon.

4. Balon Latex Panjang :
* Minimal order : 1 - 99 balon Rp 2.000 per balon
* Minimal order : 100 - 499 buah balon Rp 1.500 per balon.
* Minimal order : 500 buah balon Rp 900 per balon.

Keterangan :
1. Berlaku bagi semua warna balon ( kecuali warna hitam ditambah Rp 100)
2. Balon polos tidak mendapatkan warna cetak, stik, cup dan balon dalam keadaan tidak mengembang

Informasi :

* LEVI ( 0878 8794 4000 )





BALON LATEKS / KARET POLOS 
Sumber : http://jasa.tokobagus.com/peluang-bisnis/marketing-pr/balon-lateks-karet-polos-9261392.html

Olahan Produk Karet untuk Komersial : Sabutret, Flinkote dan Karet Busa Alam


(Artikel dari BTPK Bogor)  

Pengembangan  Serat Sabut Kelapa Berkaret (Sebutret)
 
Potensi 1,1 juta ton sabut setiap tahun belum dimanfaatkan, bahkan di beberapa daerah masih dianggap sebagai limbah. Serat sabut kelapa sangat ulet dan tahan air sehingga banyak dimanfaatkan sebagai bahan keset dan tambang. Serat sabut kelapa juga tahan patah dan cukup lentur jika terkena tekanan dan tekukan berulang, sehingga banyak digunakan untuk pelapis bagian atas per pada kasur pegas dan jok mobil. 


Penggunaan serat sabut kelapa sebagai pelapis atau bantalan, di mana setiap serat sabut disusun lurus atau bersilang, sering timbul masalah yakni tumpukan serat mudah terurai dan sifat lenturnya berkurang atau hilang. BPTK Bogor berhasil mengatasinya dengan cara mengeritingkan sabut dan melapisi permukaannya dengan lapisan tipis karet untuk menstabilkan bentuk, menambah keuletan, dan meningkatkan kelenturan tumpukan serat sabut.

Kapasitas alsin untuk memproduksi sebutret bervariasi, bergantung pada bentuk sebutret. Sebagai contoh, untuk memproduksi sebutret bentuk jok, kapasitasnya mencapai12 jok berukuran 56 cm x 56 cm x 13 cm per hari (8 jam kerja efektif) atau 3.600 jok/tahun (1 tahun=300 hari kerja).
Biaya produksi diperkirakan sekitar Rp103 juta/tahun. Dengan harga jual jok Rp53.000/buah, pemasukan mencapai Rp190 juta. Pemasukan tersebut dapat ditingkatkan dengan menambah jam kerja atau kapasitas produksinya.

Flinkote Berbasis Karet Alam


Flinkote merupakan bahan pelapis antibocor dan antikarat yang telah lama memasyarakat. Pelapis antibocor  komersial seperti Aqua-seal, Aqua-proof, dan Multiguard umumnya digunakan dengan mengoleskannya secara tipis pada bahan, bersifat tidak lengket dan kurang elastis jika sudah kering serta mudah terkelupas jika kena goresan. 


Flinkote dapat dioleskan dengan lapisan cukup tebal, lebih viskos, relatif tahan goresan, dan masih tetap elastis walaupun sudah kering. Oleh karena itu, untuk keperluan tertentu flinkote lebih disukai karena lebih tahan lama terutama sebagai pelapis antikarat dan antibocor, serta untuk melindungi bodi dan rangka bagian bawah kendaraan dan atap bangunan dari air hujan.
 

Kebutuhan flinkote di dalam negeri diperkirakan mencapai 5.000 t/tahun. Flinkote beredar di pasaran dalam berbagai nama dagang antara lain Seip007, UPC two, dan Supersilcoate, dengan harga Rp8.000-Rp24.000/kg. 

Berdasarkan pertimbangan kedekatan sifat fisiko-kimianya, karet alam berpotensi menggantikan karet sintesis sebagai bahan dasar flinkote. BPTK Bogor telah melakukan serangkaian penelitian untuk menghasilkan paket teknologi pembuatan flinkote berbasis campuran aspal dan karet alam, termasuk alsin manufakturnya.

Karet Busa Alam


Sebelum ada karet sintetis, karet busa dibuat dari lateks alam. Karet busa banyak dikonsumsi untuk berbagai keperluan seperti kasur, bantal, jok, komponen sepatu, penyekat, dan pelapis bagian dalam jaket. Karena harga karet sintetis lebih murah dibanding lateks alam maka busa dari lateks alam pun makin ditinggalkan. Busa sintetis umumnya dibuat dari karet EVA/poliuretan dan plastik. 

Konsumsi busa sintetis di dalam negeri tahun 2000 mencapai hampir 19 juta lembar senilai Rp46,8 miliar, busa plastik 722.000 m (nilai Rp665,5 juta), dan busa untuk jok kendaraan bermotor sebanyak 4.303 unit (nilai Rp186, 3 juta). Dibanding busa sintetis, busa alam lebih unggul dalam kenyamanan dan umur pakai, karena ketahanan sobek, tegangan putus, dan pampatan tetapnya jauh lebih baik. 

Untuk memberikan nilai kepegasan yang sama, busa alam hanya memerlukan ketebalan sepertiga dari busa sintetis. Selain kurang nyaman dan kurang awet, proses pembuatan karet busa sintetis juga berisiko tinggi karena bahan bakunya (isosianat) beracun dan bersifat karsinogenik. Oleh karena itu, permintaan terhadap karet busa alam cenderung meningkat terutama untuk perlengkapan tidur dan jok mobil. 

Selain diproduksi oleh perusahaan yang telah lama ada, berbagai merek kasur dan bantal dari karet busa alam pun kini bermunculan. Industri yang memproduksi busa alam umumnya merupakan industri besar, karena untuk memproduksi busa alam diperlukan investasi peralatan yang cukup mahal dan sebagian masih diimpor. 

Untuk meningkatkan kinerja industri barang jadi lateks berskala UKM, pada tahun 2002 BPTK Bogor telah berhasil merancang bangun alsin karet busa berkapasitas10-15 bantal/hari (8-12 jam kerja efektif). Harga jual bantal berkisar Rp50.000-Rp75.000 atau sesuai pesanan. Harga jual bantal sebenarnya masih berpeluang untuk ditingkatkan mengingat produk serupa bermerek terkenal dijual dengan harga Rp200.000-Rp280.000. Produk terutama dipasarkan untuk ekspor dan kalangan eksklusif serta hotel-hotel berbintang.

Sumber : http://karetalam.com/article/lump

Perhitungan Keuntungan Usaha Karet

Executive Summary
Dengan harga karet 1.5 US dollars per kg , keuntungan bersih bisa mencapai 31% dari modal awal. Pada Tahun 2010 ini harga karet lebih dari 3.0 dollar per kg. Tunggu apa lagi?
Berikut ini perhitungan detail mengenai keuntungan yang bisa didapat.

Estimasi Produksi
Produksi lateks per satuan luas dalam kurun waktu tertentu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain klon karet yang digunakan, kesesuaian lahan dan agroklimatologi, pemeliharaan tanaman belum menghasilkan, sistem dan manajemen sadap, dan lainnya. Dengan asumsi bahwa pengelolaan kebun plasma dapat memenuhi seluruh kriteria yang dengan dikemukakan dalam kultur tehnis karet diatas, maka estimasi produksi dapat dilakukan dengan mengacu pada standar produksi yang dikeluarkan oleh Dinas Perkebunan setempat atau

Balai Penelitian Perkebunan yang bersangkutan.

Karena produksi kebun karet adalah lateks, maka estimasi produksi per hektar per tahun dikonversikan ke dalam satuan getah karet basah seperti pada Tabel berikut :
 
Tabel 5. Proyeksi Produksi Karet Kering dan Estimasi Produksi Lateks

Tahun

Estimasi Produksi KKK (ton/ha)
Estimasi Produksi Lateks (liter/ha)
Umur (Th)
Sadap


6
1
500
2,000
7
2
1,150
4,600
8
3
1,400
5,600
9
4
1,600
6,400
10
5
1,750
7,000
11
6
1,850
7,400
12
7
2,200
8,800
13
8
2,300
9,200
14
9
2,350
9,400
15
10
2,300
9,200
16
11
2,150
8,600
17
12
2,100
8,400
18
13
2,000
8,000
19
14
1,900
7,600
20
15
1,800
7,200
21
16
1,650
6,600
22
17
1,550
6,200
23
18
1,450
5,800
24
19
1,400
5,600
25
20
1,350
5,400
26
21
1,200
4,800
27
22
1,000
4,600
28
23
1,150
4,000
29
24
850
3,400
30
25

Penurunan Produksi akibat curah hujan tinggi dan anomali iklim

Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) memprediksikan produksi karet pada tahun ini hanya 2,95 juta ton sama dengan tahun lalu, karena curah hujan cukup tinggi dan anomali iklim. Ketua Umum Gapkindo Asril Sutan Amir mengatakan jika produksi karet 2012 hanya 2,95 juta ton, maka untuk kebutuhan domestik sekitar 480.000-500.000 ton, sedangkan dieskpor 2,4 juta-2,5 juta ton.

“Sepertinya target produksi karet tahun ini 3 juta ton tidak akan tercapai. Kami memperkirakan produksi 2,95 juta ton, cenderung turun. Di negara lain seperti Thailand dan Malaysia, produksi karet juga cenderung turun,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu, 14 Maret 2012.

Dia menambahkan belum ada penambahan pabrik pengolahan karet alam di dalam negeri. Saat ini, kapasitas pabrik pengolahan karet alam di Indonesia sekitar 4,4 juta ton, tetapi baru terpakai 2,9 juta ton, sehingga masih ada kapaistas tidak terpakai sekitar 1,5 juta ton. Dia mengatakan salah satu persoalan karet saat ini produktivitas masih rendah hanya sekitar 0,8 ton per ha, sedangkan produktivitas karet di Thailand mencapai 1,5 ton per ha per tahun.

 Asril optimistis produktivitas karet domestik dapat ditingkatkan menjadi 1,5 ton per ha selama lima tahun ke depan. Data Kementerian Pertanian mencatat laju pertumbuhan luas perkebunan karet dalam 3 tahun terakhir 0,27%, sedangkan rata-rata pertumbuhan produksi karet 1,28% per tahun. Artinya, ada peningkatan produktivitas karet. Luas perkebunan karet pada tahun lalu diperkirakan 3,45 juta hektare dengan produksi 3,09 juta ton.

Sementara itu, revitalisasi perkebunan karet sangat rendah yaitu pelaksanaan penanaman kembali (replanting) sejak 2000 sampai Agustus 2011 hanya 60.700 hektare dan penambahan lahan baru dalam periode yang sama hanya 11.000 ha.(msb)

Oleh : Gapkindo Asril Sutan Amir
(Sumber : bisnis.com)

Sumber : http://karetalam.com/article/prod2012jan

KAJIAN MODEL DIFUSI INOVASI TEKNOLOGI PENYADAPAN KARET PADA MUSIM HUJAN UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI LATEKS DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

KAJIAN MODEL DIFUSI INOVASI TEKNOLOGI PENYADAPAN KARET PADA MUSIM HUJAN UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI LATEKS DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Budidaya karet alam Havea brasiliensis merupakan salah satu sumber perekonomian pedesaan, permintaan dan kegunaannya cendrung meningkat, sehingga memiliki prospek yang cerah dikembangkan. Oleh sebab itu upaya peningkatan produksi usaha tani karet yakni lateks terus dilaksanakan.

Lateks sebagai bahan baku  berbagai hasil karet, harus memiliki kualitas yang baik dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: faktor klon, iklim, alat-alat  dan bahan-bahan kimia yang digunakan, pengangkutan, serta  managemen.   Di Provinsi Kepulauan Riau, komoditi karet dari sektor perkebunan merupakan komoditas yang berpotensi dikembangkan dengan luas lahan tanaman menghasilkan 34.891 ha, umumnya adalah kebun karet rakyat. 

Hasil pengamatan di lapangan bahwa kebun karet rakyat dihadapkan pada produktivitas lateks relative masih rendah (< 600 kg/ha/tahun), khususnya dimusim hujan. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut akan dilakukan Kajian Model Difusi Inovasi Teknologi Penyadapan Karet di Musim Hujan untuk Peningkatan Produksi Lateks di Provinsi Kepulauan Riau. Diperkirakan   melalui inovasi teknologi stimulan  gas Ethyline/Gas Hevea3 dan inovasi teknologi stimulan bawang merah dapat meningkatkan produksi lateks.

Lokasi kegiatan akan dilakukan di Kabupaten Karimun di lahan petani pada bulan Februari – September 2012. Sampel tanaman karet berumur > 15 tahun dengan jumlah pohon per model dan jumlah petani kooperator ditentukan secara pourposive random sampling

Rencana petani kooperator  berjumlah 3 kelompok (model petani, model stimulant gas ethylene dan model stimulan bawang merah). Terhadap lateks yang dihasilkan akan dilakukan analisa kandungan lateks segar dan lateks kering (kandungan karet, Resin, Protein, abu, zat gula dan air).

Pengamatan produksi lateks pada saat curah dan hari hujan tinggi dan rendah diukur berat lateks/pohon/panen pada setiap model yang diamati. Data- data yang terkumpul direkapitulasi dan diolah secara sederhana dengan menggunakan worksheet MS-Excel dan disajikan dalam bentuk gambar atau grafik dan data ekonomi untuk setiap model yang dikaji diananlisis secara farsial. Diharapkan melalui kajian ini diperoleh satu model inovasi teknologi peningkatan produksi lateks pada musim hujan dengan produktivitas lateks >800 kg /ha/tahun yang lebih responsive.

Ir. Dorlan Sipahutar, MP

Sumber : http://pkpp.ristek.go.id/index.php/penelitian/detail/762

PENETAPAN 3 (TIGA) STANDAR NASIONAL INDONESIA KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL,

KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
NOMOR 62/KEP/BSN/4/2012

TENTANG

PENETAPAN 3 (TIGA) STANDAR NASIONAL INDONESIA
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL,

Menimbang :

a.  bahwa untuk memenuhi kepentingan perlindungan terhadap konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, masyarakat lainnya, mengembangkan tumbuhnya persaingan yang sehat, keselamatan, keamanan, kesehatan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup, Rancangan Akhir Standar Nasional Indonesia (RASNI) yang disusun oleh Panitia Teknis perlu ditetapkan menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI);

b.  bahwa Rancangan Akhir Standar Nasional Indonesia sebagaimana dimaksud dalam huruf a, telah dikonsensuskan dan dinyatakan memenuhi persyaratan untuk ditetapkan menjadi Standar Nasional Indonesia;

c.  bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional tentang Penetapan 3 (tiga) Standar Nasional Indonesia;

Mengingat :

1.  Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 199, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4020);

2.  Keputusan Presiden Nomor 13/M Tahun 2008 tentang Pengangkatan Kepala Badan Standardisasi Nasional;

Memperhatikan :

Surat Kepala Pusat Standardisasi, Badan Pengkajian Kebijakan Ikilm dan Mutu Industri, Kementerian Perindustrian; Nomor: 84/BPKIMI.2/2/2012 tanggal 6 Februari 2012, Perihal RSNI Hasil Rapat Konsensus PT 83-01;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL TENTANG PENETAPAN 3 (TIGA) STANDAR NASIONAL INDONESIA.

PERTAMA :   Menetapkan 3 (tiga) Standar Nasional Indonesia sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
KEDUA :   Dokumen Standar Nasional Indonesia sebagaimana dimaksud dalam diktum PERTAMA merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
KETIGA :  Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 April 2012
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL,

ttd

BAMBANG SETIADI


LAMPIRAN...


KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL 
NOMOR : 62/KEP/BSN/4/2012
TANGGAL : 27 April 2012
DAFTAR PENETAPAN 3 (TIGA) STANDAR NASIONAL INDONESIA

Nomor urut
Nomor Standar Nasional Indonesia
Judul Standar Nasional Indonesia
(1) (1)
(2)
(3)

1.  SNI ISO 127:2012   Karet, lateks pekat alam – Penentuan bilangan KOH Rubber, natural lateks concentrats – Determination of KOH number (ISO 127:1995/Amd1:2006, IDT)
2.  SNI ISO 706:2012   Lateks karet – Penentuan kadar koagulum (residu penyaringan) Rubber latex – Determination of coagulum content (sieve residue) (ISO 706:2004, IDT)
3.  SNI ISO 1802:2012   Lateks pekat karet alam – Penentuan kadar asam borat Natural rubber latex concentrate – Determination of boric acid content (ISO 1802:1992, IDT))

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL,

ttd

BAMBANG SETIADI


Sumber : http://jdih.bsn.go.id/index.php?option=com_remository&Itemid=54&func=startdown&id=1369

Alergi Lateks, Manifestasi Klinis dan Penanganan Terkini

Alergi Lateks, Manifestasi Klinis dan Penanganan Terkini

Alergi terhadap lateks karet alam semakin umum dan serius pada anak-anak dan orang dewasa. Alergi lateks adalah reaksi hipersensitivitas terhadap protein yang ditemukan dalam lateks karet alam.  Lateks adalah cairan putih susu yang diekstrak dari pohon karet Hevea brasiliensis yang berisi bahan karet cis-1, 4 polyisoprene. Bahan ini terutama terdiri dari cis -1,4-polyisoprene, polimer organik yang memberikan sebagian besar kekuatan dan elastisitas lateks. Juga terkandung  berbagai macam gula, lipid, asam nukleat, dan protein yang sangat alergi.
Lebih dari 200 polipeptida telah diisolasi dari lateks. Protein lateks bervariasi dalam potensi alergi. Kadar protein bervariasi dengan lokasi panen dan proses manufaktur. Pengetahuan dasar tentang proses fabrikasi yang membantu dalam memahami masalah medis yang berhubungan dengan paparan lateks

Karet dan produk yang terbuat dari karet mengandung jumlah protein tinggi. Orang dengan Alergi lateks mengalami reaksi Alergi disebabkan oleh protein dalam produk-produk karet. Lateks gejala alergi bisa ringan atau berat dan akan menyebabkan banyak masalah bagi orang-orang dengan alergi ini, karena saat ini banyak produk yang mengandung Karet.

Produk yang dibuat dengan karet elastis lembut seperti yang digunakan dalam sarung tangan karet lateks menyebabkan masalah yang paling. Karet lunak menyebabkan reaksi alergi lebih dari Karet keras yang digunakan misalnya di ban mobil. Karet lunak seperti sarung tangan dan balon yang dilapisi dengan lapisan tipis tepung jagung untuk membuat mereka lebih mudah digunakan. Partikel karet menempel pati ini dan terbang melalui udara ketika pembungkus yang berisi produk karet dibuka. Di tempat-tempat di mana sarung tangan karet diletakkan pada sering seperti rumah sakit, udara kadan mengandung partikel debu karet kecil.

Lateks yang baru dipanen dari Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Amerika Selatan diproduksi dengan amonia dan pengawet lainnya untuk mencegah kerusakan selama pengangkutan ke pabrik. Lateks diobati dengan antioksidan dan akselerator termasuk thiurams, karbamat, dan mercaptobenzothiazoles. Hal ini kemudian dibentuk menjadi objek yang diinginkan dan divulkanisir untuk menghasilkan disulfida silang molekul lateks.

Setelah dikeringkan dan dibilas untuk mengurangi protein dan kotoran, produk sering kering-dilumasi dengan tepung jagung atau bubuk bedak. Bubuk partikel cepat menyerap protein lateks sisa; protein lain tetap dalam bentuk yang larut pada permukaan produk jadi.

Lateks banyak digunakan dalam kehidupan masyarakat modern dan khususnya dalam perawatan kesehatan. William Halstead pertama kali digunakan sarung tangan karet bedah pada tahun 1890. Lateks telah digunakan dalam berbagai perangkat medis selama beberapa dekade. Pada akhir 1980-an, bagaimanapun, penggunaannya meroket sebagai sarung tangan karet yang banyak direkomendasikan untuk mencegah penularan patogen melalui darah, termasuk human immunodeficiency virus (HIV). Miliaran pasang sarung tangan medis yang diimpor ke Amerika Serikat pada setiap tahun, sering sebagai bubuk, sarung tangan pemeriksaan steril.

Pada 1980-an dan 1990-an, permintaan tinggi untuk lateks untuk memproduksi sarung tangan dan benda lainnya mengakibatkan ratusan baru, kurang diatur pabrik lateks di negara-negara tropis. Insiden reaksi alergi ringan dan serius terhadap lateks mulai meningkat dengan cepat di antara pasien dan petugas kesehatan (petugas kesehatan).  Sensitisasi Lateks dapat terjadi setelah kulit atau kontak mukosa, setelah kontak peritoneal selama operasi, dan mungkin setelah menghirup partikel aerosol dengan lateks pada permukaannya.

Sebagai produk lateks yang banyak digunakan di mana-mana dan seseorang dapat mengembangkan Alergi terhadap lateks pada setiap titik dalam kehidupan mereka, siapa pun bisa menderita alergi ini. Namun, Orang-orang di profesi medis lebih mungkin terjadi Alergi lateks sarung tangan. Pekerja kesehatan yang sudah menderita demam lebih mungkin untuk mengembangkan Alergi terhadap lateks, karena mereka lebih rentan terhadap Alergi pada umumnya. Orang yang memiliki beberapa operasi yang dilakukan pada mereka menjalankan sebuah resiko lebih tinggi mengalami Alergi ini dan orang-orang dengan spina bifida lebih mungkin berakhir membutuhkan pengobatan Alergi lateks.

Alergi adalah  respon imun sekunder yang disebabkan oleh adanya senyawa tertentu (disebut  alergen) yang dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan. Alergen umumnya berupa protein terlarut atau glikoprotein  yang berasal dari beberapa jenis sumber alergen a.l: protein dari tepung sari,  bisa serangga, spora jamur, cacing, tungau, vaksin dan obat serta makanan (ikan,  udang, putih telur, susu dll.). Reaksi alergi tidak  terjadi pada semua individu tetapi hanya terjadi pada individu tertentu yang  secara genetis alergi terhadap suatu alergen. Reaksi  alergi oleh protein lateks dapat terjadi melalui kontak kulit  atau mukosa dan  berlangsung cepat yaitu dalam beberapa menit sampai beberapa jam setelah penderita terpapar antigen  yang ditandai gejala pembengkakan atau kulit memerah, hidung dan mata berair,  kram perut, sulit bernafas, tekanan darah menurun dan  pasien mengalami guncangan (anafilaksis)   yang berpotensi menimbulkan kematian.

Patofisiologi
Paparan Lateks  dikaitkan dengan 3 sindrom klinis.
  • Sindrom pertama adalah dermatitis iritan. Ini adalah hasil dari gangguan mekanik pada kulit akibat gesekan dari sarung tangan dan menyumbang mayoritas lateks-induced ruam kulit lokal. Hal ini tidak dimediasi kekebalan tubuh, tidak terkait dengan komplikasi alergi, dan bukan subjek artikel ini. Hal ini sulit dibedakan dengan hipersensitivitas Tipe IV . Setiap dermatitis kronis pada tangan petugas kesehatan meningkatkan risiko infeksi nosokomial, termasuk patogen melalui darah.
  • Sindrom kedua adalah reaksi hipersensitivitas tiope lambat  (IV tipe) , mengakibatkan dermatitis kontak yang khas. Gejala biasanya berkembang dalam waktu 24-48 jam paparan membran kulit atau mukosa terhadap lateks pada orang peka. Alergen utama adalah akselerator residu dan antioksidan tersisa dari proses manufaktur asli. Langerhans sel memproses antigen dan membawa mereka ke sel T kulit. Beberapa objek dapat menyebabkan sensitisasi, tetapi sumber yang paling umum di negara ini mungkin sarung tangan pemeriksaan untuk orang dewasa dan sol sepatu untuk anak-anak. Hipersensitivitas tipe IV lebih sering terjadi pada individu atopik. Dermatitis dapat mempengaruhi pasien untuk sensitizations lebih lanjut atau infeksi.
  • Sindrom ketiga, yang paling serius, dan paling umum adalah hipersensitivitas  segera (tipe I) . Hal ini dimediasi oleh respon imunoglobulin E (IgE) spesifik untuk protein lateks. Sebagaimana dicatat, protein lateks sangat alergi, dan mereka adalah variabel antara banyak dari perkebunan yang berbeda, pabrik, dan produsen. Silang molekul IgE pada sel mast dan membran sel basofil oleh alergen protein lateks memicu pelepasan histamin dan mediator lain dari kaskade alergi sistemik pada individu yang tersensitisasi
  • Paparan dapat terjadi berikut kulit, selaput lendir, atau visceral / peritoneum kontak. Hal ini juga dapat mengikuti menghirup partikel lateks bermuatan atau paparan aliran darah untuk protein lateks larut mengikuti prosedur akses intravaskular. Bubuk sarung tangan lateks pemeriksaan telah menjadi sumber yang paling sering sensitisasi pada orang dewasa, menyebabkan eksposur kulit dan hirup. (Untungnya, penggunaannya menurun karena banyak rumah sakit bergerak menuju bubuk bebas, “rendah-alergi,” atau sarung tangan nonlatex produk.
  • Sensitisasi lebih sering terjadi pada individu atopik. Gejala umumnya mulai dalam beberapa menit pemaparan. Spektrum manifestasi klinis termasuk urtikaria lokal atau generalisata, rinitis, konjungtivitis, bronkospasme, spasme laring, hipotensi, dan full-blown anafilaksis. Tipe I alergi telah terlibat jelas dalam intraoperatif dan intraprocedure anafilaksis, dan dapat berakibat fatal tanpa pengobatan muncul. [7]
Epidemiologi
  • Alergi lateks terjadi pada sekitar 1-5% dari populasi umum, dengan prevalensi meningkat pada individu atopik. Lateks alergi meningkat pada populasi dengan pajanan kronis lateks. Hal ini ditemukan dalam 2-17% dari petugas kesehatan dan setidaknya 10% dari pekerja industri karet. Gejala alergi lateks telah dijelaskan dalam 14% dari kelompok penyedia EMS dan pada 54% dari staf ED anak.  Atopi meningkatkan risiko sensitisasi kerja.
  • Prevalensi tertinggi alergi lateks (20-68%) ditemukan pada pasien dengan spina bifida atau kelainan urogenital bawaan. Sensitisasi pada pasien inii pada beberapa saluran kemih, prosedur rektal, dan teka, serta beberapa operasi selama anak usia dini. Pasien dengan spina bifida juga mungkin memiliki kecenderungan genetik untuk sensitisasi lateks. Pasien dengan spina bifida dan antigen leukosit manusia (HLA) alel DRB dan DQB1 lebih mungkin memiliki respon IgE spesifik terhadap antigen lateks umum. Sekali lagi, dalam kelompok risiko, anak-anak atopik akan meningkatkan risiko.
  • Pasien lain dengan sejarah beberapa pembedahan atau lateks mengekspos prosedur juga berisiko meningkat relatif terhadap populasi umum. Pasien dengan cerebral palsy, retardasi mental, atau quadriplegia juga tampaknya memiliki peningkatan risiko alergi lateks, mungkin karena eksposur medis berulang.
  • Prevalensi alergi lateks meningkat pada orang dengan alergi terhadap alpukat, pisang, cokelat, kiwi, pepaya, peach, nectarine atau. Cross-reaksi antigen telah ditemukan antara buah-buahan tropis dan lateks.
  • Pola risiko yang dijelaskan di atas adalah sama di negara-negara maju lainnya. Satu penelitian dari Jerman menunjukkan bahwa kejadian alergi lateks tipe I telah meningkat lebih cepat baru-baru ini di antara petugas kesehatan dari hipersensitivitas tipe IV, mungkin karena perubahan terakhir manufaktur yang mengurangi paparan akselerator tetapi tidak untuk protein lateks.
  • Sebuah meta-analisis ini dari literatur Perancis membenarkan bahwa petugas kesehatan memiliki peningkatan risiko sensitisasi dan gejala alergi terhadap lateks. Pekerja dengan pajanan selama lateks alam atau pengolahan di negara-negara berkembang di mana H brasiliensis ditanam memiliki peningkatan risiko relatif terhadap populasi umum
  • Pasien dengan hipersensitivitas tipe I beresiko terkena anafilaksis dan / atau obstruksi pernapasan, yang bisa berakibat fatal.
  • Kematian telah dilaporkan setelah penggunaan intraoperatif kateter lateks dubur. Lateks anafilaksis terjadi setelah melahirkan, instrumentasi, injeksi intravena, balon bertiup, dan penggunaan kondom.
  • Meskipun kebanyakan pasien dapat diobati secara efektif untuk tipe IV dan tipe I reaksi tanpa gejala sisa klinis, alergi utama dapat mencegah mereka mengejar karir tertentu, menggunakan banyak rumah tangga dan benda kerja, dan mencari perawatan medis tepat waktu karena takut dibenarkan paparan lateks. Insiden pada pria dan wanita adalah sama. Alergi lateks mungkin lebih sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa yang bekerja lebih muda karena paparan medis atau pekerjaan meningkat selama dua dekade terakhir.
Manifestasi Klinis
Gejala  hipersensitivitas tipe lambat (tipe IV )biasanya berkembang dalam waktu 1-2 hari setelah terpapar. Hipersensitifitas segera (tipe I) menyebabkan gejala dalam beberapa menit setelah paparan.
Gejala :
  • Pruritus atau gatal pada kulit dan selaput lendir yang terkena
  • Edema atau terjadi pembengkakkan pada kulit, selaput lendir, jaringan subkutan atau
  •  Suara serak
  • Keluar air mata berlebihan
  • Rinitis
  • Dispneau
  • Sinkop
  • Perut kram
  • Mual, muntah
  • Diare Ruam
  • Eritema, edema, papula, vesikel dan di daerah kontak langsung (tipe IV)
  • Eritema, penebalan, dan pigmen perubahan dengan paparan kronis (tipe IV)
  • Urtikaria, lokal atau umum (tipe I)
  • angioedema
  • konjungtivitis
  • rinitis
  • stridor
  • Hipotensi, syok
Jenis  Reaksi Lateks
  • Kontak Dermatitis Gejala ruam pada bagian tubuh yang kontak dengan lateks.  Reaksi ini terjadi karena penggunaan pembersih, pembersih, cuci dan pengeringan ulang tangan, dan tidak sepenuhnya mengeringkan tangan dan sarung tangan bubuk.  Hal ini menyebabkan gatal, kekeringan, dan iritasi pada bidang kontak dengan produk lateks.
  • Reaksi Lambat Hipersensitivitas tipe IV  Terjadi  akibat penambahan bahan kimia untuk lateks selama pengolahan dan manufaktur.  Produk Lateks menggunakan bahan pengemulsi, akselerator, koagulan, dan stabilisator yang menyebabkan reaksi kulit yang mirip dengan keracunanivy.  Ruam yang berkembang dalam waktu 24-48 jam setelah kontak dan baik berbentuk melepuh atau menyebar di area tubuh lain.  Biduran atau urtikaria merupakan tahap transisi antara hipersensitivitas dan dermatitis.  Pada awalnya dapat terjadi dermatitis kontak tipe lambat diikuti oleh urtikaria dan kemudian hipersensitivitas sistemik.
  • Reaksi  Hipersensitivitas Cepat Tipe I adalah reaksi immunoglobulin (IgE) antibodi karena protein lateks.  Reaksi ini menyebabkan urtikaria, rinitis, asma, anafilaksis, bronkospasme dan konjungtivitis.  Bahkan eksposur tingkat rendah dapat menjadi penyebab memicu alergi pada orang yang sensitif.
  • Tanda-tanda Alergi Lateks  dapat terjadi  pembengkakan atau gatal setelah menggunakan sarung tangan karet atau setelah pemeriksaan medis.  Gatal di tenggorokan setelah pisang, alpukat, atau kenari juga mungkin alergi lateks.  Gatal-gatal atau bengkak setelah pemeriksaan gigi, pilek, sesak nafas, kebingungan, pingsan, gatal-gatal, bernapas cepat, bersin, dan kecemasan adalah beberapa gejala lain alergi lateks.
Penyebab
  • Sumber paparan lateks mungkin jelas atau tidka jelas. Individu mungkin akan terkena paparan  lateks melalui kulit, selaput lendir, atau saluran napas (misalnya, oral, nasal, atau jaringan endotrakeal). Prosedur medis dapat menyebabkan reaksi dalam penyedia peka atau pasien. Paparan inhalasi sengaja sering terjadi dalam pengaturan medis di mana aerosol lateks bermuatan bubuk sarung tangan mungkin tetap di udara selama beberapa jam. Paparan inhalasi juga dapat terjadi di luar rumah sakit dari penggunaan bubuk-dilumasi Produk lateks atau bahkan partikel ban di daerah lalu lintas berat.
Sumber umum dari paparan lateks termasuk, pada berikut:
  • Sarung tangan (misalnya, pemeriksaan, bedah, rumah tangga)
  • Torniket, manset tekanan darah
  • stetoskop
  • kateter
  • Intravena pipa port, piston jarum suntik
  • bantalan elektroda
  • mata
  • respirator
  • Luka saluran air dan tabung
  • Multidose botol
  • bendungan   gigi
  • ban
  • genggaman
  • permadani
  • Sepatu sol, elastis dalam pakaian
  • Kondom, diafragma
  • balon
  • Dot, bayi puting botol
  • Penghapus, bantalan mouse komputer, dan karet gelang
Diagnosis banding
  • Anaphylaxis
  • Angioedema
  • Asthma
  • Conjunctivitis
  • Dermatitis, Atopic
  • Dermatitis, Contact
  • Pediatrics, Anaphylaxis
  • Shock, Cardiogenic
  • Shock, Septic
 Diagnosis
  • ED dan manajemen tergantung pada sejarah dan pemeriksaan fisik
  •  Hasil tes laboratorium yang dikirim dari ED tidak tersedia dalam kerangka waktu yang berguna..
  • Beberapa jenis penelitian yang berguna dalam evaluasi nonemergent.
  • Jumlah total serum IgE mungkin meningkat pada pasien dengan alergi tipe I, tetapi tidak sensitif maupun spesifik.
  • Pemanfaatan Teknik Radioimmunoassay test (RAST) hasil untuk lateks-spesifik IgE rentang 50-100% dan 63-100% sensitif tertentu. Nilai prediksi tergantung pada tes yang tepat digunakan, populasi pasien, dan sumber alergen. RAST bisa menjadi tes konfirmasi berguna dan aman pada pasien dengan sejarah klinis sugestif. Sensitivitas dan spesifisitas yang meningkatkan dengan generasi baru metode pengujian.
  • Enzim-linked tes dari lateks-IgE spesifik (ELISA) dapat melayani tujuan yang sama.
  • Tes lainnya
    Kulit patch pengujian berguna dalam mengidentifikasi alergen spesifik pada pasien dengan hipersensitivitas tipe IV untuk produk lateks.
    Kulit tusukan pengujian dengan ekstrak lateks sensitif, spesifik, dan cepat, namun membawa risiko anafilaksis variabilitas yang signifikan dalam isi ekstrak alergen terus membatasi keandalan dan kemampuan untuk memproduksi uji kulit tusukan.
  • Pengujian dengan ujung jari sarung tangan diterapkan pada kulit pasien berguna ketika sejarah konsisten dengan alergi lateks tapi tes darah negatif. Ini membawa risiko anafilaksis pada tipe I-peka pasien.
  • Jika tipe I lateks alergi dicurigai, semua prosedur harus dilakukan dengan lateks bebas instrumen, perangkat, dan pakaian pelindung.
Penanganan
  • Tetes tempe atau Patch test dilakukan untuk dermatitis kontak dan sarung tangan dapat memecahkan masalah.
  • Secara efektif mengobati dermatitis kontak pada seorang ahli bedah atau praktisi kesehatan menggunakan sarung tangan liner terbuat dari DemithaneTM.
  • Menghindari paparan lateks merupakan pilihan pengobatan hanya t untuk reaksi tipe I .
  • Sangat penting untuk menempatkan orang yang menderita asma, alergi makanan, dan atopy dalam lingkungan yang aman dari paparan lateks, yang mudah untuk menciptakan dengan memanfaatkan sarung tangan bebas serbuk di rumah sakit untuk menghindari masalah protein aerosolizing lateks.
  • Perawatan di rumah  Saat rawat jalan harus menyadari risiko alergi lateks pada pasien dan pelayan kesehatan. Mencari dan membaca gelang MedicAlert.
    Catatan sejarah pasien alergi relevan untuk peralatan medis atau buah-buahan.
    Untuk menyingkirkan alergi lateks yang dapat memperburuk dengan paparan medis lebih lanjut, meninjau riwayat pasien terpapar sebelum reaksi alergi sistemik.
  • Gunakan bubuk pelapis  sarung tangan lateks atau, idealnya, berkualitas tinggi nonlatex sarung tangan untuk meminimalkan risiko untuk pasien dan penyedia. Lateks bebas resusitasi dan intravena (IV) peralatan akses harus tersedia untuk pasien berisiko tinggi. Jangan memberikan obat dari karet beratap botol multidose atau melalui port lateks IV dalam pasien alergi lateks.
  • Perawatan  Gawat Darurat Pasien dengan alergi lateks yang diketahui atau dicurigai yang mencari perawatan untuk kondisi medis yang tidak terkait atau cedera harus disimpan dalam lingkungan lateks-aman untuk mencegah komplikasi serius. Ini termasuk semua pasien dengan spina bifida.
  • Pasien menunjukkan gejala  tipe I alergi lateks yang murni diperlakukan sebagai pasien lain dengan reaksi alergi sistemik, kecuali mereka harus dilindungi dari kontak lateks lebih lanjut untuk menghindari kerusakan klinis. EDS Banyak mewakili lingkungan yang sangat berisiko tinggi untuk lateks-sensitif pasien, terutama jika bubuk sarung tangan karet masih digunakan.
  • Peralatan resusitasi free latex  harus tersedia.
  • Hal ini sering dilakukan mobile lateks bebas melakukan intubasi nonlatex dan peralatan ventilasi, tubing IV, jarum suntik, turniket, bantalan elektroda, sarung tangan, masker, dan botol obat.
  • Pearawatan rutin pasien berisiko tinggi harus menggunakan perlengkapan nonlatex. Reaksi utama pada pasien peka telah diendapkan dengan pemeriksaan panggul dan dubur dengan menggunakan sarung tangan lateks, kateterisasi urin dengan kateter lateks, IV obat diberikan melalui port lateks, dan menghirup aerosol bubuk sarung tangan lateks.
  • Pasien yang membutuhkan studi di daerah rumah sakit lain, seperti radiologi, harus diangkut tanpa risiko paparan lateks
  •  Identifikasi lateks dibandingkan nonlatex peralatan medis tradisional telah diperlukan kontak melelahkan dengan produsen individu. Sejak tahun 1999, US Food and Drug Administration telah dibutuhkan semua produsen untuk menerapkan label peringatan untuk peralatan medis yang mengandung lateks karet alam. Peraturan ini telah membantu untuk memfasilitasi perawatan yang aman pasien yang alergi terhadap lateks. Selain itu, produsen perangkat medis telah mengembangkan banyak lateks bebas alternatif untuk perawatan rutin dan prosedur invasif.
  • Konsultan harus menyadari kebutuhan untuk cermat menghindari mengekspos pasien terhadap lateks selama ujian dan prosedur.
Farmakoterapi
  • Alergi lateks paling baik ditangani dengan memberikan edukasi kepada pasien untuk menghindari paparan lebih lanjut.
  • Tipe I reaksi diperlakukan sebagai reaksi alergi sistemik lainnya.
  • Pengobatan utama adalah epinefrin dan H1 antihistamin.
  • Kortikosteroid sistemik dan H2 blocker mungkin berguna.
  • Tidak ada imunoterapi tertentu yang  telah terbukti efektif.
  • Tipe IV reaksi (dermatitis kontak lokal) tidak mungkin memerlukan pengobatan DE. Mereka dapat diobati dengan steroid topikal dan pendidikan pasien untuk menghindari paparan lebih lanjut.
Pencegahan
  • The American Academy of Family Physicians menawarkan sejumlah saran yang mungkin bisa Anda coba, agar alergi lateks tidak mengganggu Anda.
  • Usahakan mengganti semua barang-barang di rumah Anda yang terbuat dari lateks dengan barang nonlateks.
  • Hati-hati dengan serbuk yang terdapat pada sarung tangan lateks milik Anda. Jika anda berada di rumah sakit, baik Anda sebagai pekerja atau sebagai pasien, pastikan kurangi kontak dengan sejumlah barang terbuat dari lateks, terutama untuk penggunaan sarung tangan.
  • Pilihlah barang yang terbuat dari bahan nonlateks. Mintalah resep dokter agar Anda bisa membawa epinephiren cadangan dalam tas, yang bisa Anda gunakan sewaktu waktu jika  alergi lateks kambuh
Antipasi dalam industri karet Di Indonesia

Indonesia  merupakan negara produsen karet alam (Hevea brasiliensis)  terbesar kedua  tingkat dunia setelah Thailand, dengan melibatkan > 15 juta tenaga kerja serta  menghasikan devisa lebih dari US $ 1,57 milyar/tahun. Luas areal tanaman karet  menghasilkan di perkebunan karet Indonesia tahun 1997 meliputi 2.192.486 ha,  yang terdiri dari Perkebunan Rakyat 84,4%, Perkebunan Besar Negara (PTP  Nusantara) 8,7% dan Perkebunan Besar Swasta 6,9%.  Total produksi karet di  Indonesia adalah 1.571.800 ton/tahun. 

Lateks alam sebagai bahan baku barang  jadi lateks (BJL) memiliki keunggulan khusus dibanding produk pesaingnya (lateks  sintetis)  yaitu harganya lebih murah (±seperempatnya) dan sifat teknisnya seperti kekuatan gel basah, kekuatan  vulkanisat dan elastisitas lebih baik.  Namun, akhir-akhir ini penggunaan lateks  alam sebagai bahan baku alat bantu kedokteran (sarung  tangan medis, kateter, selang infus, kondom, hemodialiser, masker dan selang  pernafasan, balon, drop pipet, pembalut elastis, karpet tidur dll.),  menghadapi masalah karena diketahui mengandung protein alergen yang menyebabkan  reaksi alergi bagi pemakainya.  Hal ini dikhawatirkan dapat menurunkan konsumsi  karet alam dunia serta menjadi kendala bagi perkembangan industri barang jadi  lateks nasional.

Food and Drug  Administration (FDA) dalam waktu dekat akan memberlakukan labeling rendah  protein alergen (hypo alergenic protein) pada sebagian besar produk  barang jadi lateks.  Dalam buku petunjuk yang dikeluarkan 30 Juli 1999 (Medical  Glove Manual) di internet website http:/www.fda.gov /cdrh/manual/glovmanl.pdf  antara lain disebutkan bahwa batas maksimum kadar protein pada sarung tangan  medis adalah 1200 mg  protein/sarung tangan atau setara 150 mg  protein/g karet.  Kadar protein produk sarung tangan dalam negeri umumnya 10-20  kali lebih tinggi (1500-3000 mg  protein/g karet) dari ketentuan batas maksimum tersebut. 

Sebagai produk dari  tanaman karet (H. brasiliensis), lateks mengandung konstituen sitoplasma  sel tanaman baik berupa senyawa karet maupun senyawa nonkaret. Senyawa nonkaret  utama dalam lateks alam adalah protein.  Walaupun kadar protein lateks telah  mengalami banyak penurunan yaitu setelah sentrifugasi selama prosesing lateks  pekat maupun selama prosesing barang jadi lateks, namun demikian residu protein  yang tinggal 2% tersebut masih berpotensi untuk menyebabkan reaksi alergi.

Dalam  persaingan bisnis industri barang jadi lateks yang makin ketat,  produsen perlu  memenuhi persyaratan mutu  teknis yang makin prima dengan antara lain  memperhatikan faktor kesehatan dan keamanan yang setinggi-tingginya bagi  pengguna. Dewasa ini untuk dapat  memasarkan  produk kelas dunia,  proses  produksinya  harus dirancang dengan sistem manajemen mutu terpadu, misalnya  dengan penerapan ISO seri 9000, Total Quality Management (TQM), dan Good Manufacturing Practices (Praktek Cara Pembuatan Produk yang Baik). 

Khusus untuk produk-produk yang berhubungan dengan kesehatan akan diterapkan  baku mutu baru dari ISO seri 10993 yaitu berupa uji biokompatibilitas sebagai  jaminan aman bagi kesehatan konsumen. Malaysia baru saja  menerbitkan standar  mutu  sarung tangan (Standard Malaysian Gloves/SMG) dengan persyaratan  mutu yang ketat.  Walaupun demikian, kriteria SMG oleh kalangan kedokteran di  Inggris masih dinilai belum cukup aman. 

Untuk keperluan deteksi protein alergen  lateks telah tersedia dua jenis kit imunodiagnostik komersial dari luar negeri  yaitu Pharmacia CAP dari Pharmacia Diagnostics, Inc, Piscataway, NJ serta  AlaSTATdari Diagnostic Products Co, Los Angelos CA.  Namun, harganya sangat  mahal sehingga mempengaruhi biaya produksi total.

Beberapa perushaan perkebunan karet dan industri barang jadi lateks nasional, perlu diupayakan  perangkat diagnostik protein alergen serta teknologi produksi dan aplikasi enzim protease untuk pembuatan deproteinized  natural rubber sebagai  bahan baku lateks pekat dan barang jadi lateks bebas protein alergen (hypo-allergenic  natural rubber latex product).

Referensi:

  • Gawchik SM. Latex allergy. Mt Sinai J Med. Sep-Oct 2011;78(5):759-72
  • Agarwal S, Gawkrodger DJ. Latex allergy: a health care problem of epidemic proportions. Eur J Dermatol. Jul-Aug 2002;12(4):311-5.
  • Thong BY, Yeow-Chan. Anaphylaxis during surgical and interventional procedures. Ann Allergy Asthma Immunol. Jun 2004;92(6):619-28.
  • Ahmed DD, Sobczak SC, Yunginger JW. Occupational allergies caused by latex. Immunol Allergy Clin North Am. May 2003;23(2):205-19.
  • Dorevitch S, Forst L. The occupational hazards of emergency physicians. Am J Emerg Med. May 2000;18(3):300-11.
  • Feng C, Wang H. Natural rubber latex allergy among health care workers. J Allergy Clin Immunol. Jun 2007;119(6):1561; author reply 1561
  • Palosuo T, Antoniadou I, Gottrup F, Phillips P. Latex medical gloves: time for a reappraisal. Int Arch Allergy Immunol. 2011;156(3):234-46
  • Ahmed SM, Aw TC, Adisesh A. Toxicological and immunological aspects of occupational latex allergy. Toxicol Rev. 2004;23(2):123-34.
  • Jackson EM, Arnette JA, Martin ML, et al. A global inventory of hospitals using powder-free gloves: a search for principled medical leadership. J Emerg Med. Feb 2000;18(2):241-6.
  • Fein JA, Selbst SM, Pawlowski NA. Latex allergy in pediatric emergency department personnel. Pediatr Emerg Care. Feb 1996;12(1):6-9.
  • Galindo MJ, Quirce S, Garcia OL. Latex allergy in primary care providers. J Investig Allergol Clin Immunol. 2011;21(6):459-65.
  • Liss GM, Sussman GL. Latex sensitization: occupational versus general population prevalence rates. Am J Ind Med. Feb 1999;35(2):196-200.
  • Taylor JS, Erkek E. Latex allergy: diagnosis and management. Dermatol Ther. 2004;17(4):289-301.
  • Hamilton RG, Peterson EL, Ownby DR. Clinical and laboratory-based methods in the diagnosis of natural rubber latex allergy. J Allergy Clin Immunol. Aug 2002;110(2 Suppl):S47-56.
  • Blanco C, Carrillo T, Ortega N, et al. Comparison of skin-prick test and specific serum IgE determination for the diagnosis of latex allergy. Clin Exp Allergy. Aug 1998;28(8):971-6.
  • Bernardini R, Mistrello G, Pucci N, Roncarolo D, Lombardi E, Zanoni E. Diagnostic value of three different latex extracts. Int J Immunopathol Pharmacol. Apr-Jun 2007;20(2):393-400.
  • LaMontagne AD, Radi S, Elder DS, Abramson MJ, Sim M. Primary prevention of latex related sensitisation and occupational asthma: a systematic review. Occup Environ Med. May 2006;63(5):359-64.
  • Filon FL, Radman G. Latex allergy: a follow up study of 1040 healthcare workers. Occup Environ Med. Feb 2006;63(2):121-5.
  • Yagami A, Suzuki K, Kano H, Matsunaga K. Follow-up study of latex-allergic health care workers in Japan. Allergol Int. Sep 2006;55(3):321-7.
  • Biagini RE, MacKenzie BA, Sammons DL, Smith JP, Krieg EF, Robertson SA. Latex specific IgE: performance characteristics of the IMMULITE 2000 3gAllergy assay compared with skin testing. Ann Allergy Asthma Immunol. Aug 2006;97(2):196-202.
  • Food and Drug Administration. Natural rubber containing medical devices: user labeling.[Docket No. 96N-0119]. 21 CFR Part 801 Fed. Regist. 1997;62:51021-51030.
  • Korniewicz DM, Chookaew N, El-Masri M, Mudd K, Bollinger ME. Conversion to low-protein, powder-free surgical gloves: is it worth the cost?. AAOHN J. Sep 2005;53(9):388-93.
  • Phillips VL, Goodrich MA, Sullivan TJ. Health care worker disability due to latex allergy and asthma: a cost analysis. Am J Public Health. Jul 1999;89(7):1024-8.
  • Allmers H, Brehler R, Chen Z, et al. Reduction of latex aeroallergens and latex-specific IgE antibodies in sensitized workers after removal of powdered natural rubber latex gloves in a hospital. J Allergy Clin Immunol. Nov 1998;102(5):841-6.
Provided by

 

CHILDREN ALLERGY CLINIC ONLINE

Yudhasmara Foundation htpp://www.allergyclinic.wordpress.com/

Sumber : http://allergyclinic.wordpress.com/2012/05/20/alergi-lateks-manifestasi-klinis-dan-penanganan-terkini/

Kebun koleksi klon-klon karet di Pakuwon

Kebun koleksi klon-klon karet di Pakuwon


INFO PERKEBUNAN -

Perakitan genotipe unggul karet sangat tergantung pada ketersediaan plasma nutfah. Kebun koleksi klon-klon unggul karet perlu dibangun sebagai kebun konservasi plasma nutfah, kebun induk benih dan kebun persilangan buatan untuk merakit klon karet unggul.

Kebun koleksi karet dibangun di KP Pakuwon, Sukabumi, Jawa Barat seluas 0,5 ha untuk 10 klon, yaitu AVROS 2037, GT 1, RRIC 100, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, IRR 5 dan IRR 104.

Pembangunan kebun koleksi klon-klon karet di Pakuwon merupakan salah satu kegiatan  Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Badan Litbang Kementerian Pertanian pada tahun anggaran 2011.

Pembangunan kebun koleksi dimulai dari penyiapan bibit stum mata tidur di Balai Penelitian Sungei Putih, Sumatera utara, pembangunan pembibitan stum mata tidur dalam polibeg di KP.Pakuwon, penyiapan lahan dan penanaman di lapangan. Kebun koleksi ditata secara blok klonal.

Koleksi klon-klon unggul karet merupakan sumber keanekaragaman genetik yang sangat bermanfaat dalam program pemuliaan karet. Indonesia memiliki sumber keragaman plasma nutfah karet yang penting, berupa koleksi klon-klon unggul hasil introduksi maupun perakitan didalam negeri.

Tiap plot terdiri atas satu klon dengan jumlah tanaman 25 pohon sehingga seluruhnya terdapat 10 plot. Penyiapan lahan dilakukan secara mekanis dan penanaman mengacu kepada standar manajemen pembangunan kebun karet.

Bahan tanaman (bibit) dalam polibeg satu payung daun. Deskripsi dari tiap klon dilakukan didasarkan pada ciri-ciri tanaman, yang meliputi helaian daun, anak tangkai daun, tangkai daun, payung daun, mata tunas, kulit batang dan potensi hasil lateks.

Gambar. Pembibitan karet dengan naungan paranet.

Sumber : http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/index.php/id/berita/399

Pengendalian terpadu penyakit JAP pada tanaman karet

Pengendalian terpadu penyakit JAP pada tanaman karet

INOVASI PERKEBUNAN -

Penyakit jamur akar putih (JAP) yang disebabkan oleh patogen Rigidoporus microporus merupakan penyakit penting di perkebunan karet kareaa sering mengakibatkan kematian tanaman, dan biaya pengendaliannya relatif mahal. Oleh karena itu, teknologi  pengendalian JAP yang efektif dan murah sangat diperlukan.

Pengendalian penyakit JAP dapat dilakukan melalui tindakan pencegahan sebelum terjadi serangan dan pengobatan terhadap tanaman yang terserang. Upaya pencegahan penyakit yang dianggap efektif dan sesuai bagi petani karet adalah dengan cara penggunaan fungisida kimia, belerang, biofungisida Trichoderma koningii dan tumbuhan antagonis.

Hasil penelitian menunjukkan pencegahan penyakit yang efektif adalah melalui pengurangan sumber infeksi dengan mempercepat pelapukan tunggul karet dengan pembakaran atau inokulasi jamur pelapuk. Perlindungan tanaman sebelum terserang penyakit dilakukan dengan menanam tanaman antagonis lidah mertua di sekeliling pangkal batang pada awal penanaman karet. Pengobatan tanaman yang terserang JAP yang paling efisien dan efektif adalah dengan aplikasi fungisida berbahan aktif triadmefon.




Gambar. Aplikasi fungisda kimia, biofungisida Trichoderma koningii + belerang, dan penanaman tumbuhan antagonis lidah mertua.

Sumber : http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/index.php/id/teknologi/50

Kamis, 19 Januari 2012

PROFIL VARIETAS UNGGUL KLON KARET IRR 39 DAN 42

PROFIL VARIETAS UNGGUL KLON KARET IRR 39 DAN 42


I. PENDAHULUAN

Areal karet di Indonesia sampai saat ini telah mencapai 3.5 juta ha, dimana 80 % merupakan perkaretan rakyat dengan produktivitasnya masih rendah. Rendahnya produktivitas ini selain penerapan teknologi budidaya seperti pemupukan dan pemeliharaan yang kurang, yang lebih pokok adalah masalah penggunaan bahan tanamnya. Telah terbukti bahwa penggunaan bahan tanam klon unggul dalam pengusahaan perkebunan karet merupakan komponen teknologi utama yang memberikan peningkatan produktivitas yang cukup nyata.

Dengan adanya Undang-Undang No 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman pasal 13 ayat 1 menyatakan bahwa bahan tanam yang akan dikembangkan dalam pertanaman harus berupa benih bina yang dilepas secara resmi oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia. Oleh karena itu klon-klon karet anjuran yang terakhir sebelum digunakan secara luas harus dilakukan pelepasan oleh Menteri Pertanian.

Klon-klon karet seri IRR 39, dan 42 merupakan klon yang mempunyai pertumbuhan yang cepat dan mempotensi baik hasil baik dari segi lateks maupun kayunya, sehingga sudah memungkinkan untuk dikembangkan dalam pertanaman. Untuk itu tulisan ini mencoba mengajukan pelepasan klon-klon tersebut untuk menjadi benih bina.


II. POTENSI KEUNGGULAN

Potensi keunggulan suatu klon karet akan dilihat dari hasil pengujian yang dilakukan dan dibandingkan dengan klon standar yang digunakan sebagai kontrol. Sebagai klon pembanding biasanya digunakan klon-klon yang banyak dikembangkan pada saat pengujian berlangsung, dalam hal ini adalah GT 1. Untuk melihat potensi keunggulan klon tentu saja dilihat dari produksi lateks, pertumbuhan lilit batang dan tebal kulit, sifat sekunder terutama ketahanan terhadap penyakit daun dan juga spesifikasi dari mutu lateks dan karet yangs sesuai untuk pengolahan produk tertentu.

· Produksi

Klon Produksi karet kering (kg/p/th) pada thn sadap ke Komulatif Rata

1
2
3
4
5
7
8

IRR 39
IRR 42
GT1

3.55
3.66
4.08

3.72
4.14
4.10

2.57
3.58
2.18

2.19
6.21
3.30

5.17
6.66
4.60

5.96
7.53
4.84

6.06
8.00
4.02

29.22 (108)
39.78 (146)
27.12 (100)

4.17
5.68
3.87

Dari hasil pengamatan produksi karet kering, tampak bahwa kedua klon tersebut mempunyai produksi di atas pembanding GT 1, bahkan untuk klon IRR 42 hampir 1.5 kali dari GT 1.

· Pertumbuhan

Klon Lilit batang (cm) pada umur Laju pertumbuhan (cm/th)
2
3
4
5
Pra sadap
Pasca sadap
IRR 39
IRR 42
GT1

21.00
24.50
19.90
36.06
29.15
29.05
28.26
50.98

43.39




61.58

51.41

51.20




13.53

8.97

10.43




4.58

2.03

1.47





Klon


Tebal kulit

Perawan A


Perawan B


Pulihan A

IRR 39

IRR 42

GT1


7.09

6.50

5.42


6.69

6.29

5.74


6.54

6.33

4.24



Data pertumbuhan yang diamati meliputi lilit batang dan tebal kulit. Dari Tabel pengamatan lilit batang bahwa laju pertumbuhan sebelum sadap mencapai 9 – 13.5 cm/th. Dari data ini tampak bahwa kedua klon dapat mencapai matang sadap pada umur 4 tahun. Sedangkan pertambahan lilit batang setelah sadap mencapai 2-4.5 cm/th.

Untuk mengetahui potensi volume biomasa dan kayu gergajian, dihitung dengan mengggunakan rumus pendekatan berdasarkan lilit batang (Shorrock (1965)



Vol biomassa: Wg x BD,



Wg :bobot biomasa : 0.002604 G 2.78,



Wg : bobot tajuk (kg), G : lilit batang pada ketinggian 100 cm dpo



BD : bobot jenis kayu karet (= 0.61)

(bobotnya 0.61 ton pada volume 1 m3)



Estimasi volume kayu gergajian dihitung dengan rumus :



Volume (m3) : [{ (lilit batang)2 x 3.5}/4] /10 000,



Lilit batang diukur pada ketinggian 100 m dpo, panjang batang asumsi 3.5 meter



No


Klon Karet


Tinggi batang


Vol Biomasa pada umur


Vol kayu gergajian pada umur

5


10


5


10


25

1

2


IRR 39

IRR 42


6.0

6.5


0.40

0.24


1.03

0.86


0.11

0.07


0.21

0.18


0.82

0.41




GT1





0.24


0.46


0.07


0.12






Data pengamatan tebal kulit menunjukkan bahwa kedua klon mempunyai pertumbuhan kulit yang bagus, sehingga kulit pulihannya sudah mampu disadap kembali setelah 5 tahun sadap.



· Ketahanan penyakit



Dari pengamatan ketahanan terhadap penyakit terutama penyakit daun, kedua klon tersebut mempunyai ketahanan yang cukup bagus. Untuk klon IRR 39 dilaporkan bahwa serangan penyakit gugur daun di lapangan untuk Colletotrichum dan Oidium pada klon ini rendah berturut-turut adalah 2.96 % dan 2.35 %. Sedangkan untuk Crynespora belum ada laporan.

Dari hasil evaluasi dilapangan, klon IRR 42 dinilai resisten terhadap gangguan penyakit gugur daun Colletotrichum, Corynespora dan Oidium



· Mutu lateks dan sifat karet



Hasil pengamatan Kadar Karet Kering (KKK) lateks klon IRR 39 adalah 35,1%. Dari hasil analisis karakteristik mutu lateks klon IRR 39 mempunyai nilai Po sebesar 54, PRI : 77, Vr : 97, kadar Mg : 39,4 dan nilai Lovibond sebesar 7. Dengan karakteristik mutu lateks tersebut maka lateksnya dapat diproses menjadi SIR 3 WF. Sedangkan hasil pengamatan Kadar Karet Kering (KKK) lateks untuk klon IRR 42 adalah 36,5%. Dari hasil analisis karakteristik mutu lateksnya mempunyai nilai Po sebesar 54, PRI : 72, Vr : 105, kadar Mg : 50,4 dan nilai Lovibond sebesar 10. Dengan karakteristik mutu lateks tersebut maka lateksnya dapat diproses menjadi SIR-5



III. DISKRIPSI VARIETAS/SPESIFIKASI TEKNOLOGI



Dari diskripsinya kedua klon ini mempunyai percabangan dengan jumlah sedikit, ukuran yang besar dan posisinya tinggi. Tajuk tidak berat dengan ukuran daun cukup lebar. Khusus untuk klon IRR 39 mempunyai ciri khusus yang sudah dapat dibedakan dengan klon lainnya sejak masih muda. Ciri khusus tersebut adalah ditemukannya jumlah helai daun yang lebih dari 3, yaitu 4-5 lembar setiap tangkai daun.



IV. HISTORI PERAKITAN



Klon IRR 39 dan IRR 42 merupakan hasil persilangan tahun 1967 yang dilakukan di Bogor oleh Balai Penelitian Bogor. Seleksi tanaman semaian dilakukan di Kebun Percobaan Ciomas Bogor. Registrasi lama klon ini adalah TMS (Tjiomas) dengan seri 5000. Dari hasil pengujian pendahuluan tersebut, genotipe yang terpilih kemudian dinamakan dengan klon seri RM. Pengujian di Kebun Percobaan Sembawa dilakukan sejak tahun tanam 1973/1974. Nomor registrasi genotipe dan penamaan klon untuk pelepasan disajikan pada Tabel 1.





Tabel. Nomor registrasi, nama klon yang dilepas dan tetuanya



No


Registrasi lama


Nama klon yang dilepas


Tetua persilangan

Seri TMS


Seri RM

1


TMS 5079


RM 39


IRR 39


LCB 1320 x FX 25

2


TMS 5082


RM 42


IRR 42


LCB 1320 x F 351





V. PROSPEK PENGEMBANGAN



Pengembangan tanaman karet pada masa mendatang tampaknya akan lebih mengarah pada usaha yang tidak saja menghasilkan lateks tetapi juga mengarah pada hasil kayu maka pengembangan kedua klon ini akan cukup baik. Untuk mendukung permintaan bahan tanam kedua klon tersebut saat ini di KP Sembawa telah tersedia berupa kebun kayu okulasi (kebun entres) sebanyak 8600 batang atau 1 ha untuk IRR 39 dan 1000 batang untuk IRR 42. Khusus untuk klon IRR 42 jumlah ini terus akan ditambah secara bertahap dengan cara menggantikan klon-klon lama yang sudah tidak diminati oleh para konsumen.

Kedua klon ini dan beberapa klon lain, telah ditanam pada beberapa lokasi baik untuk perkebunan besar maupun untuk rakyat melalui Dinas perkebunan setempat yang masih bersifat uji coba. Sebaran klon-klon tersebut adalah sebagai berikut:



1. PT MHP (SUM-SEL, berupa kebun entres)

IRR 39 : 278 btg IRR 41 : 211 btg, dan IRR44 : 222 btg. Tahun : Oktober 2000



2. PT BRK SUM-SEL : IRR 39 :4375 OMT, IRR 44 : 89225 OMT. Tahun : Januari 1999



3. PT LONSUM : IRR 39 ditanam dengan perlakuan 2 populasi (500 dan 1000 p/ha) tahun tanam : 1997



4. PTPN VII (LAMPUNG) : Dd kebun Bergen : IRR 32, IRR 39, IRR 41, IRR 44 Tahun tanam 1999



5. PTPN VIII (JAWA BARAT) : Di Sukabumi IRR 32 : 475 OMT, IRR 39 : 2850 OMT. TH : MEI 2000 (belum termonitor)



6. PTPN XII (Jawa Timur) : IRR 21, IRR 24, IRR 39, IRR 44, IRR 100, IRR 111, IRR 117. Tahun Tanam : Desember 1996



7. PTPN XIII (Kalimantan Selatan): Danau Salak, IRR 24 : 660 OMT, IRR 32 : 330 OMT, IRR 39 : 660 OMT, IRR 41 : 660 OMT, IRR 44 : 990 OMT dan IRR SERI 100 (Agustus 2000)



8. Disbun Kal Sel : IRR 24, IRR 32, IRR 39, IRR 41, IRR 44 : 10 OMT/klon, Tahun: Juli 2000 berupa Kebun Entres

9. Disbun Jambi : Proyek OECF di Sebapo IRR 39 dan IRR 44, masing-masing 1 ha di lahan petani (tahun tanam 2000/2001)



10. Disbun Kal Teng (Muara) : IRR 33, IRR 39, IRR 44 : 20.000 OMT berupa kebun entres (Tahun tanam : 1999)



11. Klon IRR 5, IRR 32, dan IRR 39 pada 5 penangkar di Kabupaten Banyuasin dengan sistem Waralaba berbantuan (Tahun tanam 2002)



12. Di Jawa Timur : Unit Usaha Tretes PTPN XII Jawa Timur sebagai percobaan untuk mencari klon yang sesuai untuk wilayah kering (Tahun tanam 2002)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More